Empat Puluh Dua

210 7 1
                                    

Bel masuk kini tinggal 5 menit lagi. Nara dengan teman-temannya masih menikmati makanan mereka yang tadi mereka beli.

"Jadi sekarang lo udah putus sama Fariz?" tanya Agnes.

"Lo ngapain pake bahas itu segala" tukas Fia.

"Udah Raa jangan dengerin omongan Agnes" ucap Vina dengan memberikan tatapan tajam kepada Agnes.

"Aku belum putus sama dia" jelas Nara.

"What lo belum putus sama dia? Kenapa Raa?" ucap Agnes spontan karena kaget jika Nara belum putus dengan Fariz.

"Diem kamvret,nanti ada yang denger" timpal Fia.

"Yaelahh iya dehh maaf kelepasan ini lupa direm" ucap Agnes.

"Gini nih,yang waktu kecilnya makan disuapin sambil bilang 'sayangg sini isi dulu bensinnya' kebanyakan makan bensin kan lo Nes" timpal Vina.

"Enak aja lo,gue makan disuapin sambil main pesawat-pesawatan bukan ngisi bensin" tukas Agnes.

"Sama aja kambing" timpal Vina.

"Udah, ini bukan waktunya bercanda" ucap Fia dengan serius.

Mereka berdua diam. Tak berani jika Fia sudah berbicara serius seperti itu. Atau mereka nantinya yang akan kena batunya.

"Kenapa?" tanya Fia.

"Gapapa, biar dia yang putusin aku" balas Nara.

"Kenapa nunggu biar dia putisin lo Raa?" tanya Agnes serius, kali ini sepertinya ia tau situasi sekarang.

"Aku udah janji sama diri aku sendiri. Aku gak bakal ninggalin dia. Kalo aku mutusin dia tandanya aku khianatin dia" jelas Nara.

"Tapi dia yang udah khianatin lo duluan Raa" timpal Agnes.

"Gapapa Nes,setidaknya aku gak pernah khianatin dia. Kalo misalnya aku ngebales perbuatan dia,apa bedanya aku dengan dia? Aku gak mungkin ngingkarin janji aku. Dari kecil ayah ngajarin aku supaya selalu tepatin janji pada siapapun. Kalau sekarang dia khianati aku,aku percaya akan ada karma yang datang pada dia. Jika tidak hari ini,mungkin besok atau lusa, atau mungkin nanti. Yang jelas karma tidak akan salah berlabuh" jelas Nara.

"Hati lo terbuat dari apa sih Raa, terharu gue dengernya"ucap Agnes dengan mendramatis.

Nara hanya membalas dengan senyuman tipis saja.

"Gue percaya suatu saat nanti akan datang seseorang yang jauh lebih baik dari Fariz" tukas Fia.

Semoga saja, batin Nara.

••••

"Oke anak-anak silahkan kalian berkumpul dengan kelompok kalian,ibu mau ke ruang guru sebentar,jangan ribut yahh" ucap seorang guru.

"Iya bu" jawab anak-anak satu kelas serempak.

Beberapa menit yang lalu gurunya itu baru saja membagi beberapa muridnya untuk dibuat kelompok.

Dan saat ini Nara sudah bersama dengan kelompoknya. Diantaranya Rina, Reihan, Bima, Nazwa, dan Salsa.

Semuanya sedang fokus dengan tugasnya masing-masing. Saat sedang menulis tiba-tiba ada yang memanggil Nara.

"Raa pinjem pulpen" ucap seorang laki-laki, namanya Briyan.

"Itu ditas ambil aja" jelas Nara.

"Nyimpennya dimana Raa?"

"Itu didepan yang kecil"

Kemudian ia kembali fokus dengan tugasnya. Dan Briyan langsung mencari pulpen di tas Nara.

"Ini dia" ucap Briyan pelan. Setelah itu ia langsung dibuat heran dengan botol kecil yang disimpan ditas Nara. Seperti botol obat.

Obat apa ini? Batin Briyan.

"Raa ini apaan?" tanya Briyan.

Nara yang merasa si panggil langsung menoleh. Dia kaget dengan apa yang dipegang temannya itu.

Astaga! Itu obat miliknya. Kenapa obat itu sampai terbawa? Batin Nara.

Nara pun langsung mengahampiri Briyan, ia tidak ingin teman-temannya curiga mengenai obat itu.

"Udah adakan pulpennya?" tanya Nara mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Itu obat apaan Raa?" tanya Briyan lagi.

"Bukan apa-apa" timpal Nara.

"Lo serius?"

"Ihh apaan sih kamu kepo banget" ucap Nara dengan membuat dirinya seperti sedang merajuk pada Briyan.

"Yaudah Raa sorry sorry gue lancang" ucap Briyan.

"Iya iya, ekhem- check.. check..." mendengar ucapan Nara membuat satu kelas menoleh padanya.

"Check satu dua tiga" ucap Nara membuat Briyan mengerutkan keningnya.

"Satu satu Briyan suka kepo"

Astaga Nara bernyanyi seperti itu? Semua kelas menjadi ramai mereka tertawa karena Nara mengejek Briyan sambil bernyanyi,alhasil membuat Briyan memutar bolanya matanya malas.

"Dua dua Briyan memang kepo"

"Tiga tiga Briyan kenapa suka kepo?"

"Satu dua tiga Briyan kalau masih mau kepo nikah aja sama Agnes gih" ucap Nara, kali ini ia tidak bernyanyi.

"Sialan lu Raa" timpal Agnes.

"Untung gue baek" sahut Briyan sambil mengusap dadanya membuat Nara cengengesan.

Setelah itu Nara pergi untuk kembali bergabung dengan teman satu kelompoknya.

Setelah bergabung dengan mereka, ada yang berubah dari Reihan. Kenapa Reihan terus menatapnya seperti itu?

"Kamu kenapa?" tanya Nara.

"Lo sakit Ra?"

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang