PART 56. PERINGATAN UNTUK DAVID

281 14 13
                                    

Pria berperawakan atletis yang berbalut kemeja hitam, lengkap dengan celana bahan dan sepatu pantofel berdiri menjulang di depan gadis yang tengah terduduk di lantai sambil memeluk lutut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria berperawakan atletis yang berbalut kemeja hitam, lengkap dengan celana bahan dan sepatu pantofel berdiri menjulang di depan gadis yang tengah terduduk di lantai sambil memeluk lutut.

Pria itu menengok jam tangan Rolexnya, ia terpaku.

"Sudah larut malam, dan gadis ini masih berada di sini?"

Pria itu adalah David, David El Wijaya.
Setelah berkutat dengan berkas-berkas memusingkan yang diberikan oleh ayahnya, ia baru bisa pulang ke apartemennya sekarang.

Semenjak ia kembali ke kediaman Wijaya, David sudah dianggap sebagai anak serta langsung diberi tugas berat di dunia bisnis yang selama ini digeluti oleh ayahnya.

David mengangkat tubuh Imelda, sedikit susah saat ia harus menekan password dengan satu tangannya membawa tas Imelda.

'Gadis ini pasti sangat kelelahan menunggu, lihat saja bahkan dia tak bergeming sedikitpun saat gue gendong.'

David yang juga letih fisiknya, memilih membawa Imelda ke kamar miliknya di lantai bawah. Kemudian merebahkan tubuh Imelda di atas kasur king sizenya.

Dipandangnya wajah Imelda sejenak yang nampak sedikit pucat, ia beralih melihat tubuhnya. Seragam sekolah masih melekat dengan sempurna. Perlukah David menggantikannya? Ah tidak-tidak!

David menggenggam tangan Imelda yang terasa dingin.

"Maaf, aku udah ninggalin lo tadi," ia mengecup punggung tangan Imelda lembut, kemudian menarik selimut sampai batas leher Imelda.

David membuka dua kancing baju teratasnya, melepas jam tangan dan menggulung lengan bajunya sampai ke siku. Ia butuh kopi untuk menghilangkan rasa penatnya. Namun sebelum itu, ia lebih membutuhkan kucuran air hangat untuk membersihkan tubuhnya yang lengket karena keringat.

•••

Imelda terbangun dari tidurnya, dingin. Itu hal pertama yang ia rasakan. Imelda mengeratkan selimut yang membungkus dirinya dengan hangat.

Kepalanya terasa pusing, terlebih lagi lampu temaram di atas nakas membuat iris matanya sedikit menyipit. Bau musk yang menguar dari sprei dan selimut yang ia pakai sangat mengganggu indra penciumannya.

Imelda terdiam sejenak saat menyadari ruangan yang terasa asing baginya, kamar ini didominasi cat dinding berwarna hitam dan sedikit corak putih di pojok ruangan.

'Kamar siapa ini?'

Imelda terlonjak kaget dan bangkit dari kasur, kakinya menapaki lantai yang terasa dingin menusuk sampai ke tulang. Ia melirik jam weker di atas nakas, terpampang di sana empat huruf angka.

02.30 WIB.

"Masih pagi sekali...," Imelda melirik ke bawah, ia teringat sekarang.

Saat pulang ke apartemen tadi siang, ia lupa bahwa dirinya tak mengetahui password apartemen. Ia sudah menghubungi David berulang kali, namun tak ada jawaban sama sekali.

Run Away Imelda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang