PART 67. HAL JANGGAL

257 17 10
                                    

RUN AWAY IMELDA

"Sya, bangun..."

Seseorang yang tengah duduk di samping bangkar UKS mencoba untuk membangunkan Shasya. Nampaknya ia sangat khawatir akan keadaan Shasya yang masih terbaring tak sadarkan diri.

Pria itu melengkungkan sudut bibirnya ke atas, ia tersenyum saat Shasya perlahan membuka kelopak matanya.

"Syukurlah Sya, lo udah bangun," kata pria itu sambil mencium punggung tangannya.

"Imelda!" teriak Shasya keras, saat ia sudah sadar sepenuhnya.

"Ssst, tenang Sya," pria itu mencoba menenangkan Shasya yang tengah panik.

"Veno! Tolong Imelda! Kenapa kamu masih disini! Cepat cari dia!" pinta Shasya pada Veno.

Ya, pria itu adalah Veno.

Sejak ia masuk ke dalam UKS, keadaan sungguh mengerikan. Walaupun Veno sudah mengunci pintu dari luar, nyatanya tetap saja ia kecolongan.

Veno langsung menghampiri Shasya yang terkapar di lantai, dengan kondisi mengenaskan. Tubuh tengkurap, dan tangan yang terikat. Saat Veno membalikkan tubuhnya, ia terkejut dengan luka lebam di pipi sebelah kanan Shasya.

Saat ia menoleh ke atas bangkar, ia baru sadar bahwa Imelda sudah tidak berada di sana.

"Veno! Cepat cari Imelda!" desah Shasya frustasi, karena sedari tadi Veno hanya menatapnya kosong.

"Mencari kemana?" Veno membalikkan pertanyaan Shasya.

"Kemanapun Veno! Tadi... Tadi aku melihat Bara!...," erang Shasya histeris saat mengingat wajah Bara, ia begitu mengerikan di matanya.

"Bara?" Veno mengerutkan dahi.

"Iya, Bara! Tadi aku liat dia kesini! Dia mau menculik Imelda!" Shasya mengatakan bahwa Bara kembali, ia berada di depan matanya tadi.

"Dimana?" tanya Veno seolah tak mengetahui apa-apa.

"Disana, dia masuk lewat pintu UKS, dan dia...," ucapan Shasya terhenti.

"Dia, dia udah mukul aku sampai pingsan...," Shasya akhirnya hanya bisa menangis, mengingat betapa kasarnya sikap Bara pada dirinya.

"Sstt, tenanglah." Veno duduk di bangkar, lalu memeluk Shasya dari samping.

"Imelda sudah dibawah pengawasan David, lo nggak perlu sedih, dia aman kok," dusta Veno.

"Hah? Benarkah?" tanya Shasya sedikit meragukan perkataan Veno.

"Iya, tadi pas lo pingsan, David dateng dan selametin Imelda, gue nunggu lo disini sampe lo sadar." Veno mengeratkan pelukannya.

Shasya merasakan ada sesuatu yang Veno sembunyikan, perasaan yang membuat dirinya enggan mempercayai kata-kata yang keluar dari mulut Veno.

"Ven, kamu yakin?" tanya Shasya tak percaya.

"Lo nggak percaya sama gue? Nanti kita bakal ketemu sama mereka kok, tapi kalo luka lebam di pipi lo udah hilang dulu ya." jelas Veno dengan senyum di bibirnya.

'Tuh kan aneh, kenapa Veno bicara selembut ini? Veno apa yang sebenernya kamu sembunyiin?' Batin Shasya berkecamuk.

Shasya menatap Veno nanar, ia masih meragukan perkataannya barusan. Ia tahu ada yang disembunyikan, tapi apa?

"Masih belum percaya?" terka Veno, Shasya mengangguk.

"Ini, gue tau lo bakal kayak gini, makanya gue fotoin David saat mau ngegendong Imelda." Veno menunjukkan sebuah foto di ponselnya.

Shasya menyipitkan matanya, apa benar itu David? Perawakannya sangat mirip dengan David, tapi satu hal yang membuatnya kembali ragu.

"Kenapa fotonya dari belakang?" tanya Shasya curiga.

"Eh, kan yang namanya ngambil foto lagi panik-paniknya, gimana sih?" jawab Veno sedikit masuk akal.

'Benar juga apa yang Veno katakan, tapi... Tunggu dulu... Baju! Baju yang David kenakan sama persis dengan pakaian yang Bara pakai! Iya aku masih ingat! Itu Bara!'

Shasya menatap Veno was-was, ia menjauh dari Veno. Sedikit jarak saja, ia takut Veno berubah menjadi jahat.

Tapi selama ini, Veno sudah baik padanya. Mana mungkin Veno mau berbuat jahat padanya.

"Kenapa ngejauh?" tanya Veno dingin. Sifat aslinya kembali muncul, ini yang Shasya tunggu-tunggu.

Sifat Veno yang dingin, tapi dibalik sikap dinginnya tersirat sebuah kekhawatiran. Bukan seperti tadi. Senyum yang jarang ia lihat, malah cenderung mengerikan bagi Shasya.

"Enggak, aku capek aja, pipi aku masih kebas,"  Shasya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

Veno mengetatkan rahangnya, ia tertawa sungkan. Lalu tanpa aba-aba, ia mengurung Shasya dengan kedua tangannya. Gadis itu terkesiap, bahkan dengan jelas ia menjerit.

Namun Veno acuh, ia menatap tajam mata Shasya. Mengunci gerak geriknya melalui kedipan mata yang meneduhkan.

"Gue khawatir sama lo, gue takut lo kenapa-kenapa. Gue...," ucap Veno terhenti saat seseorang menendang pintu UKS dengan kencang.

BRAK

"Dimana Imelda!" teriak Ardi dengan suara lantang menggelegar.

Veno berdiri, lalu menatap pria itu jengah. Ia mengusap wajahnya kasar, gara-gara Ardi, Veno harus basah kuyup menyelamatkan Imelda.

"Cih, mending lo nggak usah cari masalah sama dia! Lo tau kan dia milik siapa?" tegas Veno dengan suara beratnya, sesekali ekor matanya menatap gerak-gerik Shasya.

"Dengan lo bersikap kayak gini, gue semakin penasaran, sebenarnya Imelda itu milik siapa?"

Ardi berkacak pinggang, pertanyaannya memancing emosi Veno. Apalagi intonasi yang Ardi gunakan, cukup menjengkelkan di mata Veno.

"Njing mau lo apa hah! Nggak usah cariin dia! Nggak usah kepo sama urusan orang! Dan satu hal yang perlu lo tau, gue sama Imelda nggak ada hubungan apa-apa!"

Setelah berkata seperti itu, Veno menarik lengan Shasya. Mereka berlalu meninggalkan Ardi yang masih berdiri terpaku.

"Gue bakal bongkar semua kedok kalian!" gumam Ardi dengan seringai yang mengerikan.

•••
[APARTEMEN DAVID]

Sementara itu, Imelda tengah tertidur di kamarnya. Bahkan terdengar dengkuran halus di sela-sela nafasnya, hal itu membuat pria disampingnya terkekeh.

"Maaf, gue izin peluk lo, gue kangen banget sama lo, gue nggak bisa jauh-jauh dari lo." ucap David halus, sambil memeluk Imelda dari samping.

Meski Wijaya sudah memperingatinya untuk tidak pergi sebelum pekerjaan selesai, namun rasa rindu pada gadisnya tak dapat ia bendung lagi.

"Gue nggak bakal ninggalin lo kayak gini lagi, gue ngerasa sesuatu bakal terjadi kalau gue jauh dari lo." David mengeratkan pelukannya.

"Mulai sekarang, percayalah, gue akan selalu ada disamping lo." bisik David, dengan hati-hati ia mengecup kening Imelda penuh perasaan.

Bayangannya masih menyoroti kejadian tadi siang. Dimana David dengan tergesa datang ke SMA JAYATAMA, tentunya dengan pakaian khas orang perkantoran.

Semua mata menatapnya takjub, namun ia tak memperdulikan hal itu. Tujuan David kesini adalah gadisnya, Imelda.

David menghentikan langkahnya, saat seseorang menghadang tepat di depannya. Mata tajamnya menatap tak suka, air mukanya berubah masam.

"Hay, tunangan," sapa Siska dengan nada sensual. Gadis itu tampak menggoda dengan rambut pirang menjuntai. Apalagi, pakaian renang yang melekat ketat di tubuhnya benar-benar menguji keimanan.

Tbc.
RUN AWAY IMELDA

VOMENT GESSS
12 Juni 2020

Run Away Imelda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang