R U N A W A Y I M E L D A
Imelda memijat tumit kakinya yang pegal, air matanya sudah tak bisa keluar lagi. Rasa sesaknya sudah berangsur hilang, pukulan keras di hatinya pun sudah tak sekeras tadi malam.
Di kontrakan sederhana ini, Imelda bertekad untuk melanjutkan hidupnya. Saat ia berkata pada langit bahwa ia ingin menyusul ibu dan ayahnya, ada bisikan halus yang membuatnya urung.
Suara ayahnya yang menyuruh Imelda untuk tetap melanjutkan hidup terus terngiang di gendang telinganya.
"Mah, pah, Imelda minta maaf, Imelda banyak ngeluh selama ini. Mulai sekarang Imelda janji nggak bakal jadi orang cengeng dan terlihat lemah di mata orang lain lagi. Imelda bakal buktiin kalo Imelda itu kuat, kayak kalian berdua... Imelda kangen kalian mah, pah..."
Kini tak ada foto, tak ada barang yang mengingatkannya pada kedua orang tuanya. Saat keluar dari apartemen David Imelda tak membawa apa-apa, hanya tubuh dan pakaian yang ia kenakan saat itu.
Beruntung saat ia berjalan didekat kedai tempat ia bekerja sekarang, matanya menangkap selembar pengumuman berisi lowongan pekerjaan.
Imelda langsung masuk dan melamar kerja disana, lagi-lagi keberuntungan ada di genggamannya. Kedai itu sangat ramai, hingga manager kedai meminta Imelda untuk langsung bekerja hari itu juga.
"Hari ini semoga menjadi hari yang cerah!" ucap Imelda pada langit yang terbentang di atas sana.
Ia harus tegar menjalani kehidupannya saat ini, Imelda kembali hidup seorang diri. Saat tinggal dengan David semua kebutuhan Imelda sangat tercukupi, tapi sekarang ia harus bekerja keras agar ia dapat makan sesuap nasi.
"Selamat pagi," sapa Imelda pada karyawan lain di kedai itu.
"Pagi...," jawab salah satunya.
Kedai memang belum buka, namun karyawan sudah harus stay di sana untuk beres-beres dan menyiapkan segalanya.
"Imelda kamu dipanggil manager, cepet ke ruangannya," ucap seorang laki-laki dengan celemek di perutnya.
"Ah iya, aku kesana sekarang," jawab Imelda sambil tersenyum, ia meletakkan kain lapnya dan segera datang ke ruang manager.
•••
Tok tok tok
"Silahkan masuk," ucap manager kedai dari dalam. Imelda mendorong pintu dengan pelan kemudian masuk.
Manager kedai itu adalah seorang pria dewasa dengan pembawaan penuh wibawa. Afnan namanya, sosok yang selalu berpenampilan rapi dan Imelda selalu menghormatinya.
"Permisi Pak, ada apa ya bapak manggil saya?" tanya Imelda saat Afnan sibuk membolak-balik dokumen di tangannya.
"Oh iya, duduk dulu sini," ucap Afnan menyuruh Imelda duduk, kemudian Afnan mengalihkan fokusnya ke gadis berhijab yang sekarang sudah berubah status menjadi karyawannya.
"Imelda, apakah kamu betah kerja disini?"
"Hmm, iya pak saya betah," jawab Imelda.
"Umur kamu berapa sekarang?" tanya Afnan pada Imelda.
"Baru 17 lebih pak," jawab Imelda sembari berharap cemas, kenapa Afnan menanyakan umurnya.
"Aduh, kenapa nggak bilang dari awal?" kaget Afnan saat mengetahui salah satu karyawannya masih dibawah umur.
"Maaf pak saya baru kasih tau sekarang, tapi saya janji bakal kerja lebih keras lagi pak, saya mohon... Saya nggak tau lagi harus kemana kalo saya di pecat pak," rayu Imelda dengan wajah memelas, Afnan menatapnya kasihan.
"Tapi Imelda, kebijakan perusahaan nggak bisa diganggu gugat. Jadi, mulai besok kamu nggak perlu bekerja lagi ya, ini kesalahan saya, karna kemarin saya langsung menyuruh kamu bekerja, nggak lihat latar belakang kamu dulu... Sekali lagi, saya mohon maaf...," jelas Afnan pada Imelda dengan pilihan kata selembut mungkin supaya tak menyakiti hati Imelda.
"Aduh, sayang sekali Pak, apa tidak ada kerjaan lain pak? Yang nggak harus mesti umur 18 tahun dulu?" tanya Imelda kembali memohon.
"Sekali lagi, saya mohon pengertiannya Imelda. Di perusahaan ini, tidak ada pegawai yang umurnya dibawah 18 tahun. Meskipun tukang cuci piring sekalipun...," tukas Afnan.
"Dan ini, silahkan di terima. Itu upah kamu, karna sudah membantu pekerjaan kami kemarin...," lanjut Afnan dengan mengulurkan amplop berwarna coklat.
Dengan berat hati, Imelda menerima uang itu. Meski harapannya telah pupus, namun ia tak boleh berkecil hati. Untung saja kemarin dia diijinkan untuk bekerja walaupun hanya sehari.
••••
[ KONTRAKAN IMELDA ]"Imelda? Apa lo ada di dalam?"
"Sebentar." Imelda memakai hijab simpelnya, karna sekarang ia sedang berada di kontrakan.
"Siapa?" tanya Imelda sembari membuka pintu.
"Oh Fabian?" Imelda menampakkan ekspresi wajah terkejutnya, setahu Imelda kemarin ia tak memberitahu dimana ia tinggal.
"Dari mana kamu tau aku ngontrak disini?" tanya Imelda curiga.
"Kamu bilang kemarin, kamu ngontrak di sekitar taman depan sana. Jadi tadi aku tanya sama orang sini, dan mereka bawa aku kesini," jelas Fabian dengan senyum yang terus tersungging, Imelda jadi takut sendiri.
"Oh gitu, ada urusan apa Fab kesini?" Imelda malas berbasa-basi.
"Ehem... Aku mau nawarin kerjaan buat kamu Imelda," ucap Fabian kali ini dengan wajah lebih serius.
"Hah! Kerja apa?" tanya Imelda penasaran, demi apapun Imelda sangat membutuhkan pekerjaan saat ini!
"Aku punya temen, nah dia lagi butuh orang buat bersih-bersih apartemennya, paling nyapu, ngepel, sama nyuci doang. Setahuku, dulu kamu kan jago masak pas lagi Diklat, lengkap tuh kerjaan kamu buatin dia makanan. Udah gitu kamu bisa tinggal disana juga, nggak perlu bolak-balik kesini ngabisin ongkos doang," jelas Fabian.
Imelda nampak berfikir. Saat tinggal di apartemen David, Imelda sudah terbiasa untuk beres-beres apartemen. Namun, apa nanti temen Fabian nggak bakal ngelakuin hal buruk ke Imelda?
"Kamu takut ya?" terka Fabian ketika melihat raut cemas Imelda.
"Temen aku jarang di apart kok, tenang aja. Dia pulangnya paling kalo udah malem, itu aja dipake buat langsung tidur. Jadi, waktu kamu sama dia ketemu cuma pas sarapan pagi doang. Selebihnya dia bakal pergi lagi," bujuk Fabian dengan sorot wajah memohon.
Sebenarnya Imelda memang takut. Yang pertama, karena Imelda tidak tahu seperti apa sifat dan kelakuan teman Fabian ini.
Yang kedua, karena Fabian datang seolah-olah ingin menculiknya saja.
Yang ketiga, karna baru kali ini Imelda bisa bercengkrama dengan Fabian lagi. Ia pikir dulu saat di CAKRA VHS merupakan pertemuan terakhirnya dengan Fabian.
Imelda dilanda kebingungan.
"Kalo kamu butuh waktu buat mikir, nggak papa kok. Sini hp kamu." Fabian langsung merampas ponsel yang ada di genggaman Imelda. Pria itu langsung menuliskan nomor hpnya di sana tanpa persetujuan oleh sang pemilik.
"Nih, aku tunggu kabar dari kamu ya. Aku harap sih lo mau, Hehe," ujar Fabian dengan senyum lebarnya.
"Iya, aku pikirin dulu," jawab Imelda.
••••
Setelah Imelda menutup pintu, Fabian berjalan meninggalkan kontrakan Imelda. Smirknya yang sedari tadi ia tahan, sekarang diperlihatkan pada seseorang yang tengah menunggu di mobil.
"Apa rencana lo berhasil?" tanya seorang pria yang tengah duduk di kursi kemudi.
"Gue yakin 99.99% dia bakal hubungin gue besok!" timpal Fabian sangat yakin.
TBC
RUN AWAY IMELDA
Sabtu, 19 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away Imelda [END]
Fiksi RemajaCERITA LENGKAP FOLOW SEBELUM BACA YA TERIMA KASIH ____________________________ Kilas balik mengenai gadis berhijab yang terseret ke dalam jeratan takdir rumit, bersama dengan pria yang tengah berevolusi menjadi seorang mafia. Terombang-ambing di ten...