Saking takutnya di khianati, gue percaya aja sama omongan orang lain!
-DAVID EL WIJAYA-
David tertidur di kursi taman belakang sekolah, kakinya ia selonjorkan. Walaupun kedua kakinya melebihi panjang kursi, ia tetap membiarkannya mengambang di udara. Tangan kanannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya dari sengatan panas sinar sang raja siang.
Tidurnya tidak tenang, mengingat Imelda belum juga sampai. Sudah hampir 30 menit ia menunggu, namun belum ada tanda-tanda Imelda akan datang.
'Ck awas aja lo! Lo bakal dapet punishment dari gue!'
David tersenyum miring, ia mendapat ide untuk menghukum Imelda saat di apartemen nanti.
Derap langkah kaki yang kian mendekat, membuat David menajamkan indra pendengaranya. Langkah kaki itu terdengar berirama, tidak ada ketergesaan disana. David menaikkan alisnya, ia tahu kalau yang mendatanginya bukanlah Imelda. Ia menggerutu dalam hati.
'Siapa lo?! Ada urusan apa sama gue?!'
Orang itu berhenti tepat di depan kursi yang dipakai David untuk tidur. David menunggu orang itu berbicara lebih dulu, ketimbang melihat langsung siapa orang yang berani menghampirinya tanpa ia pinta.
"Gue tau lo nggak tidur..." suara itu, David mengenalinya. Siska.
David enggan untuk membuka mata, mood nya sedang tidak baik hari ini. Ia takut kelepasan dan menyakitinya. Namun jika dibiarkan saja, Siska pasti akan mengadu ke ayahnya.
"Ck! Gue nggak butuh lo!" ucap David, dengan mata yang masih terpejam dan tangan yang masih setia menutupi wajah sempurnanya.
"Gue cuma mau ngasih tau sesuatu... Yaudah deh kalo lo nggak mau tau... Gue pergi aja..." Siska sedikit memancing David dengan ucapannya.
Saat Siska hendak berbalik untuk pergi, David segera mencekal tangannya. Siska tersenyum puas.
"Katanya tadi nggak butuh gue hmm..." sindir Siska, ia berbalik menghadap David yang masih memegang tangannya.
"Gue berubah pikiran," elak David. Ia segera melepas cekalannya dan merubah posisinya menjadi duduk. Tanpa disuruh, Siska ikut duduk di samping David.
Retina David masih ia setting, supaya bisa menyesuaikan terik matahari yang membuatnya sedikit pening. Setelah pandangannya sudah bisa dikontrol, ia menoleh ke samping. Siska tengah tersenyum ke arahnya.
'Manis,' Batin David.
Tapi, entah kenapa pikirannya masih terpenuhi oleh Imelda?
Siska pun tak menolak jika hatinya berkata, pria di sampingnya ini memang tampan. Wajah yang terpahat sempurna, rahang yang tegas. Bahkan menurut Siska David lebih tampan dari kakaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away Imelda [END]
Novela JuvenilCERITA LENGKAP FOLOW SEBELUM BACA YA TERIMA KASIH ____________________________ Kilas balik mengenai gadis berhijab yang terseret ke dalam jeratan takdir rumit, bersama dengan pria yang tengah berevolusi menjadi seorang mafia. Terombang-ambing di ten...