PART 89. KEPUTUSAN

179 13 0
                                    

RUN AWAY IMELDA

Saat menceritakan kisah Shasya dan Veno, tentu saja David tak mengatakan penyiksaan apa saja yang sudah ia lakukan terhadap Veno. Salah-salah nanti Imelda akan takut padanya.

"Kamu mau tahu apa yang aku lakuin ke Bara?" tanya David saat Imelda sudah tak lagi bersedih.

Mendengar nama Bara di sebutkan, Imelda menjadi berang. Ia merubah posisi duduknya menjadi tegak menghadap David, wajahnya sangat serius.

"Aku nggak mau ada satu hal pun yang terlewat, ceritakan dengan lengkap, aku harap apa yang kamu lakukan padanya sama seperti apa yang aku bayangkan." ucap Imelda menatap lurus manik mata David.

"Beby, tenanglah. Aku tidak mau menceritakannya kalau kamu seperti ini." bujuk David, saat melihat antusias Imelda terlalu berlebihan.

"Cepat ceritakan David, aku nggak sabar," ucap Imelda seraya meremas tangan David.

"Baiklah, baiklah. Aku akan ceritakan semuanya, tapi kamu janji harus mendengarnya sampai akhir." nasehat David kali ini juga sama seriusnya.

••••
[FLASHBACK ON]

Gedung yang digadang-gadang dibangun dan dirancang oleh Bara serta antek-anteknya meledak, lalu menciptakan kobaran api yang dalam sekejap mampu merobohkan separuh gedung.

Hal itu membuat David curiga, tidak mungkin Bara membuat markasnya sendiri tanpa pondasi yang kuat.

"Semua sudah diamankan?" tanya David lewat walkie talkie di tangannya. Ia kini sedang berada di depan ruangan IGD, dimana Imelda tengah di periksa oleh dokter.

"Sudah Tuan, namun target kita belum di temukan. Saya butuh persetujuan Tuan untuk mengirim Tim Black Shadow supaya mereka cepat tertangkap." Bola mata David bergerak kanan dan kiri, seolah berpikir.

'Baiklah, mungkin udah saatnya gue minta bantuan mereka!' ucapnya dalam hati.

"Dalam setengah jam mereka akan sampai, bersiaplah! Kalian sudah saya bayar dengan mahal. Saya mau pecundang sialan itu sudah ada di markas malam ini juga, entah hidup atau mati!Paham!"

"Baik Tuan, percayakan pada kami!" setelah mendengar anak buahnya begitu meyakinkan, David menjadi lebih tenang.

"Saya tak meragukan kesetiaan kalian!" jawab David mantap, lalu meletakkan walky talkynya di atas kursi.

David berjalan mondar-mandir di depan ruang IGD, keringat dingin mulai bercucuran. Kali ini ia sedang berhadapan dengan kenyataan yang tabu, dimana nyawa tak bisa dibeli dengan uang.

KRIET

Pintu ruangan terbuka lebar, seorang pria paruh baya berjubah putih mendatanginya.

"Bagaimana keadaannya dok?!" tanya David cemas.

"Pasien sangat kritis, banyak luka yang bersarang di kepala. Namun Tuan tenang saja, besar kemungkinan nyawa pasien bisa di selamatkan." ujar dokter yang tadi memeriksa kondisi Imelda.

Perasaan David menjadi lega setelah mendengarnya, tak butuh persetujuan dokter di depannya ia langsung masuk ke ruang IGD dengan tak sabaran.

Para perawat yang ada di dalam saling pandang, kehadiran David memicu ketegangan. Akhirnya tanpa disuruh, para perawat tersebut keluar begitu saja.

David berjalan mendekati bangkar, melihat gadisnya yang terbaring dengan alat-alat medis menempel di tubuhnya. Gejolak amarah kembali menguar pekat, David menggamit telapak tangan gadisnya.

Run Away Imelda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang