RUN AWAY IMELDA
Bukannya terkesima ataupun tergoda, David malahan muak. Ia merasa dipersulit untuk dekat dengan gadisnya. Siska adalah kerikil tajam yang harus David singkirkan, sebelum masalah bertambah besar.
"Minggir," ucap David ketus.
"Oke gue minggir, tapi..." Siska menjeda kalimatnya, David mengernyit.
"Sekarang lo dipanggil bokap gue, dia mau bahas pertunangan kita!" Setelah mengatakan pesan singkat itu, siska melenggang pergi begitu saja dari hadapan David.
"Ck!"
David berdecak malas, namun ia tetap berjalan menuju ruangan kepala sekolah. Meski demikian, ia merasakan getaran aneh di dadanya. Perasaan tak nyaman yang menuntut dirinya untuk pergi ke suatu tempat.
"Permisi Om," sapa David begitu masuk ke dalam ruangan. Didapatinya Aditama tengah duduk santai di sofa ruang kerjanya, David mengambil posisi duduk berhadapan.
"Om panggil saya buat apa Om?" tanya David to the point.
"Ehem, David kamu masih di skors kan selama 2 minggu, dan ini masih hari ke sepuluh, kenapa kamu masuk? Siapa yang mau kamu temui?" cecar Aditama dengan nada menjengkelkan.
David menghela nafas, senyum tipis penuh ketenangan menghiasi wajah datarnya. Benar, menghadapi orang tua jenis penjilat seperti Aditama harus dengan kepala dingin. Salah-salah, David akan tersulut emosi dan masuk ke dalam rencana busuk yang dibuat Aditama.
"Saya?" tunjuk David pada dirinya. Aditama mengangguk dengan senyum congkak, mengira David sudah terkena skak mat olehnya.
"Hmm, bukankah sekolah ini juga milik ayah saya, Om? Lalu, pantaskah Om melarang saya dan apa tadi, Om sepertinya terlalu ikut campur dengan urusan saya."
Ucapan David adalah pembalasan frontal untuk Aditama yang dengan lancangnya membatasi pergerakkannya. Muka Aditama sepertinya sudah memerah, menahan amarah karena kalah berdebat dengan calon tunangan anaknya.
Namun tampaknya Aditama belum menyerah, ia masih memiliki sisa harga diri yang terlalu tinggi.
"Saya sebagai kepala sekolah, wajar 'kan kalau bertanya seperti itu kepada anak didik saya?"
"Kalau begitu, saya sekarang tengah berperan menjadi anak pemilik sekolah, wajar 'kan kalau saya masuk ke dalam lingkungan sekolah?" ucap David mengikuti gaya bicara Aditama.
"Baiklah... Baiklah..., Saya mengerti akan hal itu, saya mau meluruskan bagaimana jadinya perjodohan antara kamu dengan anak saya," ujar Aditama pada akhirnya, ia kesal sendiri menghadapi tingkah David.
David berdiri dari duduknya, moodnya berbicara sudah menguap entah kemana. Yang jelas, ia muak jika harus bertatap muka dengan Aditama.
"Terserah Anda saja."
Tiga kata itu, adalah jawaban David yang meluncur dari mulutnya begitu saja. Sebelum akhirnya pergi meninggalkan Aditama yang pasti sudah murka.
David acuh akan hal itu. Tujuannya datang kesini itu untuk gadisnya, bukan malah membahas perjodohan dengan Siska, apalagi sampai mencecarnya dengan pertanyaan yang menjengkelkan.
•••
David menghampiri kelas XII IPS 1 yang sudah kosong, tidak ada seorangpun. Ia berjalan mendekati papan pengumuman di kelasnya yang tertera jadwal pelajaran untuk hari ini.
Pupil matanya bergeser ke kanan dan ke kiri, mencari mapel di jam sekarang.
"Olahraga?"
David bergegas keluar dari kelas, bertepatan dengan itu anak-anak XII IPS 1 malahan masuk ke dalam kelas. Jam olahraga telah berakhir.
David sedikit curiga, saat semua orang yang berpapasan dengannya tidak ada yang berani menatapnya. Bahkan seolah menghindar agar tidak ditanya olehnya.
David yang semula ingin bertanya berakhir dengan mengurungkan niatnya, mungkin mereka takut akan bernasib sama dengan Gavin.
Lama ia berdiri memperhatikan para murid, tidak ada tanda-tanda akan kehadiran Imelda. Keningnya berkerut, lalu ia mencekal tangan Siska yang kebetulan masuk ke kelas paling akhir.
"Dimana Imelda?" tanya David dengan suara beratnya. Yang ditanya gelagapan, tapi ia tersenyum simpul.
"Kok lo nanya dia ke gue? Ya mana gue tau," bohong Siska, David terkekeh lalu melepaskan cekalannya.
"Dan satu hal lagi, jangan pernah ganggu hidup kakak gue lagi kalo cuma gara-gara wanita penghibur yang lo pelihara selama ini!"
Siska tersenyum getir, antara mengejek dan kecewa. Ia mengusap tangannya yang memerah akibat cekalan David.
Sementara itu, David sempat tertegun mendengar kalimat yang keluar dari mulut Siska. Bukan David namanya, kalau ia tidak bisa mengalahkan lawan bicaranya.
"Kalau lo udah tau semuanya, buat apa lo mau dijodohin sama gue hah? Karena harta? Ck!" ucap David dengan penuh keangkuhan, kemudian ia berlalu dari hadapan Siska. Meninggalkan rasa sakit yang berdenyut nyeri di hatinya. Ucapan David barusan tentu saja menohok hati Siska amat dalam.
•••
David mengelilingi seluruh penjuru sekolah demi gadisnya yang tak kunjung tampak di penglihatan tajamnya. Seolah teringat sesuatu, langkahnya membawa ia ke ruang osis.
"Dimana Imelda?" tanya David begitu masuk ke dalam ruangan.
Brak!
"Dimana Imelda!" bentak David setelah menggebrak meja yang ada di depan Ardi. Pria itu terkesiap, menatap David dengan raut muka tak dapat diartikan.
"Bukannya dia milik lo, kenapa lo nggak tau dia dimana?" sindir Ardi, yang dapat dipastikan membangkitkan emosi di relung hati David.
"Ck! Nggak usah banyak bacot!"
David mencengkram kerah baju Ardi dengan kencang, wajah Ardi pun sudah memerah akibat kurangnya oksigen yang masuk ke dalam paru-parunya.
Namun, entah apa yang Ardi pikirkan, sampai-sampai ia masih bisa bersikap tenang. Melihat ekspresi Ardi yang demikian, David menghempaskan tubuh Ardi hingga terduduk kembali dengan brutal.
"Yang gue tau, tadi milik lo lagi bareng sama Veno," tukas Ardi dengan suara setenang mungkin, padahal lehernya masih sakit akibat tercekik kerah baju yang tertarik.
David menatap tajam mata Ardi, satu hal yang tak pernah ia pikirkan. Temannya, tidak, sahabatnya mana mungkin menghianatinya. Apalagi, Veno kan tangan kanan David.
Ardi tersenyum simpul, "kalo nggak percaya, cari dan introgasi Veno sampai dia ngomong yang sebenernya."
Kembali Ardi menyiram bara api dengan minyak tanah, maka api itu akan berkobar semakin besar.
David juga tersenyum, tersenyum penuh ketidakpercayaan. Ia pergi dengan kobaran api yang begitu hebat, menyiksa, dan menghantam hatinya.
Ardi tertawa penuh kemenangan, ia tak sabar menyaksikan korban selanjutnya setelah Gavin.
•••
David berdiri diam di antara Shasya dan Veno yang tengah duduk berjauhan di rooftop sekolah. Kegelisahan masih melanda Shasya, apalagi saat tahu kalau David baru datang ke sekolah sekarang.
"Bu-bukannya, Imelda tadi...," ucapan Shasya terhenti karena Veno memotongnya.
"Imelda tadi ijin pulang karena nggak enak badan," kilah Veno dengan menatap Shasya, berharap bahwa gadis itu mau mengikuti sandiwaranya.
"Benar begitu, Shasya?" tanya David setelah mendengar penuturan Veno.
Shasya melihat dua pria di depannya itu secara bergantian, menautkan kedua tangannya lalu berkata, "I-iya...".
David menatap Veno tajam, sebelum akhirnya pergi dari rooftop dengan penuh kekhawatiran.
"Veno, kenapa kamu bohong?" tanya Shasya sambil menunduk.
"Sudahlah, demi kebaikan bersama, tidak ada salahnya 'kan?"
Tbc.
RUN AWAY IMELDA
(VOTE DAN COMMENT)
28 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away Imelda [END]
Dla nastolatkówCERITA LENGKAP FOLOW SEBELUM BACA YA TERIMA KASIH ____________________________ Kilas balik mengenai gadis berhijab yang terseret ke dalam jeratan takdir rumit, bersama dengan pria yang tengah berevolusi menjadi seorang mafia. Terombang-ambing di ten...