PART 61. DEJA VU

237 17 8
                                    

Imelda menjalankan hukuman yang diberikan oleh bu Yuri, meski dengan berat hati namun tetap ia lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Imelda menjalankan hukuman yang diberikan oleh bu Yuri, meski dengan berat hati namun tetap ia lakukan.

Ardi?

Pria itu tengah duduk santai di kursi dekat dengan pintu, ia terus memperhatikan Imelda yang tengah mengepel lantai.

"Sorry gue lakuin ini karena disuruh Siska."

Imelda menghentikan aktivitasnya, menatap Ardi sebentar lalu kembali melanjutkan hukumannya.

Demi apapun, Imelda ingin sendiri. Spekulasi negatif berkecamuk di kepalanya, ia butuh ketenangan.

"Selain itu, gue juga penasaran sama lo." ucap Ardi yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Imelda.

Deg.

Imelda membalikkan badan, menatap Ardi dengan was-was. Pria di depannya ini termasuk orang yang sopan menurutnya, terlebih lagi ia adalah ketua osis.

"Sebenarnya, apa sih yang David sama Gavin rebutin, gue penasaran." Ardi menatap Imelda dari atas sampai bawah, seolah menilai.

Anggapan Imelda patah, ia sadar. Pria di depannya ini berubah menjadi serigala. Ya, serigala berbulu domba. Imelda meremat gagang pel dengan keras, jaga-jaga saja jika Ardi berbuat yang tidak-tidak kepadanya.

"Tapi, gue masih waras, gue nggak mau berakhir di rumah sakit kayak Gavin ck!" Ardi berdecak kesal, ia tak bisa menyentuh Imelda.

Brak!

Ember berisi air kotor itu tumpah di tendang Ardi. Seolah tak bersalah, ia pergi begitu saja.

Imelda terduduk di lantai, tubuhnya lemas dan kepalanya berdenyut pusing. Terlebih lagi, Ardi membuatnya harus bekerja dua kali lipat.

Imelda bangkit, kemudian mengepel lantai yang kotor tadi dengan sisa-sisa energinya. Ia terisak dalam diam, air matanya bercampur dengan air perasan pel.

'Ayah... Ibu... Imelda sakit...,' erangnya dalam hati.

Duk duk duk duk

Suara bola basket yang sedang di dribble menggema di ruangan yang luas ini. Imelda belum menyadarinya, itu karena ia tengah bergelut dengan pikirannya.

Imelda mengelap air mata di pipinya dengan punggung tangan, ia ingin menyelesaikan hukuman ini secepat mungkin. Kepalanya sudah tak karuan, ia butuh ketenangan.

Duk duk duk

Kali ini orang yang mendribble bola basket berjalan mengitari Imelda.

Deg.

Wajah Imelda pucat pasi, tubuhnya memaku di tempat. Bulu kuduknya meremang hebat, ia tertunduk dalam.

"Hmm..."

Pria itu menghadap Imelda, membelakangi ring basket, namun ia bisa melempar bola tepat sasaran dan masuk ke dalam ring.

Duk

Run Away Imelda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang