"Lo suka sama bocah itu, kan, Rin?" tanya Jitta lagi dari luar kamar mandi. Ia begitu karena hampir 15 menit Yerin belum keluar.
Yerin membuka pintu.
"Gue masih normal." Yerin berbicara tegas lalu langsung menuju kamar.Jitta mengangguk angguk seolah memahami perkataan Yerin.
"Rin!" ucap Jitta sembari membuka pintu.
"Hm?" sahut Yerin sambil mengetikan sesuatu di laptopnya. Ia duduk disandaran ranjang dengan laptop yang dipangku.
"Tangan lo kenapa nggak lo sembuhin?" tanyanya yang masih dapat melihat bekas luka bakar yang ada di telapak tangan Yerin.
Yerin mengentikan sejenak pergerakan jarinya. Ia lalu memperhatikan telapak tangannya.
"Cuma ini satu- satunya hal yang bisa jadi pengingat kalau gue juga pernah ada di sana." sahut Yerin dengan mengingat kembali peristiwa 6 tahun lalu.
"Ah, lo lagi ngedit, ya?" tanya Jitta sambil mencoba melongokan kepalanya ke layar laptop tapi tidak terlihat jelas.
"Pertanyaan lo random banget. Sebenarnya, lo mau ngomongin apaan, sih?" tanya Yerin dengan menutup laptopnya. Ia lalu meletakannya di nakas dan berpindah memandangi Jitta yang lagi duduk di tepi ranjangnya.
Jitta menggeleng sambil tersenyum.
"Nggak mungkin nggak ada. Gue tau lo mau ngomong sesuatu. Apaan, Jit?"
"Nggak ada, gue cuma mau lagi random aja."
"Nggak percaya gue. Ngomong nggak lo."
Jitta masih tetap diam.
"Jit!"
"Gue pulang dulu, ya. Udah malem."
"Biasanya juga nginap. Kenapa, sih, Jit?"
"Nggak ada, Yerin. Nanti pagi gue balik lagi. Daaah!"
"Ah, Jit, lo nyembunyiin sesuatu, kan!?" teriak Yerin tapi Jitta sudah keburu jauh karena tadi sempat berlari.
"Ah, aneh, tuh anak. Nggak kayak biasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange's || Season 1 [Completed]
Teen FictionPerasaan itu nggak bisa diatur. Mau dipaksain gimana pun juga nggak bakalan bisa, yang ada malah diri sendiri yang menderita. Kalau tetap mau pun ya buat terbiasa aja dulu. Nggak perlu perjuangan yang lebay dan alay, yang penting buktiin kalau kam...