"Habis dari mana lo jam sekarang baru pulang. Mana kelihatan capek banget gitu lagi. Jadi kuli panggul dimana aja, sih, tadi." tanya Jitta sembari duduk disamping Yerin.
Yerin minum dulu minuman yang diberikan Jitta tadi sebelum menjawab. "Ban gue bocor kayaknya ketusuk paku gitu."
"Kenapa nggak dibawa ke bengkel dulu, sih?"
"Pada tutup semua."
"Jadi lo dorong sampai kemari?"
Yerin mengangguk sambil minum.
"Emang nggak ada yang nolong nawarin tebengan gitu? Setidaknya dengan jenis muka kayak lo itu pasti ada orang yang bakal nawarin buat tebengin. Kan, lumayan lo nya nggak secapek ini."
"Ada. Tapi gue bukan orang yang seperti itu kali. Kayak lo nggak kenal gue aja."
Jitta mengangguk mengerti. Memang benar sih, Yerin itu nggak gampangan orangnya. Jitta juga yakin Yerin bakal nolak sekeras kepalanya dia saking nggak maunya. Bahkan ke Jitta pun meski sahabatnya sendiri kalau Yerin bilang nggak, maka sudah, nggak ada perubahan. Sekeras batu itu emang pendirian Yerin tuh.
Jitta berjongkok di depan Yerin yang masih bernapas sengal.
"Lo ngapain?" tanya Yerin menatap heran.
"Naik."
"Hah?"
Jitta menoleh, "Naik ke punggung gue. Lo pasti capek banget, kan, sekarang. Makanya gue mau gendong lo."
"Nggak. Gue emang capek. Tapi gue masih bisa jalan buat ke lift doang."
"Lift lagi rusak. Lo cuma bisa sampai rumah dengan naik tangga doang. Kali ini aja gue mohon sama lo jangan batu banget. Bisa, kan?"
Setelah berpikir beberapa saat dan mencoba untuk berdiri tegak namun oleng, Yerin akhirnya mau menaiki punggung Jitta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange's || Season 1 [Completed]
Teen FictionPerasaan itu nggak bisa diatur. Mau dipaksain gimana pun juga nggak bakalan bisa, yang ada malah diri sendiri yang menderita. Kalau tetap mau pun ya buat terbiasa aja dulu. Nggak perlu perjuangan yang lebay dan alay, yang penting buktiin kalau kam...