Beberapa jam yang lalu di sebuah cafe yang bukanya 24 jam.
"Tur? Kenapa muka lo babak belur gitu? Abis berantem sama banci mana lagi?" tanya William dengan sedikit mengejek.
"Biasa sama betina jab*ay." sahut Fatur dengan kekehan diakhir.
"Cewek?" tanya Nathan sambil fokus ke hapenya yang sedang main game online yang lagi hits sekarang.
"Mau cowok atau cewek, dipukul rata sama dia, Nat." timpal William.
"Betul banget. Kan, katanya kesetaraan gender. Berarti sama aja dong kalau gue mukul cowok atau cewek nggak ada bedanya." kata Fatur dengan entengnya sembari mengambil es batu yang tadi dipintanya buat ngompres memar.
"Tapi, nggak harus gitu juga kali, Tur. Cewek itu harusnya dijaga dan dilindungi. Bukan disakitin kayak gitu. Kalau dia yang salah bukan berarti lo harus mukul dia. Biarin aja jangan diladenin." ucap Nathan dengan tenang berbanding terbalik dengan jarinya yang bar bar menari kesana kemari pada layar ponselnya.
"Hilih, kayak pernah punya cewek aja lo." cibir William sambil melemparkan kulit kacang pada Nathan tapi dia masih tetap bisa terus fokus.
"Gue nggak peduli sama teori lo barusan, Nat. Bagi gue cowok cewek sama aja. Kalau dia udah ganggu gue, habis." kata Fatur acuh.
"Terserah lo." sahut Nathan yang juga tidak begitu peduli dengan tabiat sahabatnya itu. Mereka memang memiliki sifat yang buruk. Nathan tahu itu. Tapi dia sudah berusaha mengingatkan. Kalau temannya masih begitu ya bukan salah dia. Yang penting Nathan nggak ikutan kayak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange's || Season 1 [Completed]
Ficção AdolescentePerasaan itu nggak bisa diatur. Mau dipaksain gimana pun juga nggak bakalan bisa, yang ada malah diri sendiri yang menderita. Kalau tetap mau pun ya buat terbiasa aja dulu. Nggak perlu perjuangan yang lebay dan alay, yang penting buktiin kalau kam...