Al saranin untuk play mulmednya ya, hehe.
Enjoi gaes, tiati nangis.
•
"Hiks-Val..."
Valennia nepuk-nepuk punggung Doyoung lembut, "Nangis aja nangis, gue tau lo lagi merluin itu sekarang."
Doyoung makin nenggelemin mukanya di leher si sahabat, dia meluk Valennia bahkan lebih erat dan erat. Valennia yang tingginya sama kaya Doyoung jadi bikin makin nyaman, emang sengaja nyuruh si manis nangis supaya hatinya lebih tenang.
"Gue tau lo masih sakit hati tentang itu, Doyoung. Ini udah...sekitar 10 tahun lamanya, kenapa lo masih nginget itu?" tanya Valennia hati-hati.
Doyoung ngangkat kepalanya, natap pemandangan kota dibalik punggung Valennia. Dengan susah payah dia ngejawab Valennia, "Gue masih sakit tentang itu, Val. Sakit banget rasanya, bahkan setelah 10 tahun berlalu, sakitnya seolah nyeret gue balik ke masa itu."
"Anak mana yang ga sakit hati pasal dirinya yang engga diakuin, Val? Anak mana yang ga bertanya-tanya tentang darimana asal-usulnya setelah dikatain keponakan? Dengan bangganya lo ngakuin kedua orang itu sebagai orang tua, dan lo? Lo diakuin sebagai keponakannya."
Beberapa detik berlalu setelah Doyoung cerita. Napasnya putus-putus, tapi bibirnya seolah nolak buat berhenti bicara.
"Gue tau itu gak ada pengaruhnya sama kehidupan gue. Tapi gue mau sekali aja, sekali aja Val, kalo gue diakuin sebagai anak kaya dimata hukum."
Doyoung ngegigit bibirnya pelan, "Gue bener-bener gak ngerti. Disaat orang lain ngakuin gue sebagai anak mereka, kenapa orang yang gue anggep orang tua gabisa kaya mereka? Kenapa, Val?"
"Sebegitu hinanya kah gue sampe ga pantes diakuin kaya gitu?"
Valennia gabisa jawab apapun. Seribu satu pertanyaan tentang hidup Doyoung ga bakal pernah bisa dia jawab, tugasnya adalah nenangin si manis dari keterpurukannya kini.
Karena selain itu, Valennia juga lemah. Buktinya, air matanya meleleh gitu aja dan ikut ngebasahin kaos Doyoung. Tangannya ngusap kepala belakang Doyoung tanpa tenaga, cuma kedok kalo dia bisa keliatan kuat didepan sahabatnya ini.
Nyatanya, dia ga pernah bisa nyembunyiin kesedihan atas cerita Doyoung, selalu kaya gini.
"Seorang anak pasti ngerasain apa yang orang tuanya rasain, kan? Kenapa gue lebih terharu pas meluk ayah daripada dikasih surprise sama tante dan yang lain, padahal ayah ga pernah ngakuin gue?"
Doyoung ga kuat. Nundukin kepala dan sembunyi lagi, mulutnya kebuka pas dia mau teriak, tapi ngga ada suara yang keluar dari sana. Tenggorokannya tercekat, cuma bisa teriak bisu sambil mukul-mukul dadanya.
Sakit, sakit banget.
"Doyoung, berhenti! Kim Doyoung!" seru Valennia pas Doyoung batuk-batuk tapi tetep mukulin dadanya.
"Jangan gila, Doyoung!"
Valennia nahan tangan Doyoung, ngegeleng kuat dan ngebisikin kata-kata penenang buat sahabatnya. Air mata turun makin deras saat Doyoung senyum kecil.
"Gue gila karena ga pernah dapet pengakuan itu, Val."
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Care
Fanfiction[Angst, Romance, Married Life] "Semuanya akan baik-baik aja. Baik dia anak kita atau bukan, kita harus tetep ngasih apa yang sepantasnya dia dapatkan." -Doyoung • Completed • Tetralogy of Comfortable's • BxB / Yaoi / Homo / Gay • Bahasa non-baku • H...