Plak!
Aku menggigit bibirku sendiri. Menahan semua cairan bening yang sudah menggenang di pelupuk mata untuk tidak jatuh. Dari ekor mata, aku bisa melihat Mama hanya diam, duduk di sofa tak berniat ingin menghentikan.
"Sampai kapan kau mau begini?" bentak Papa. "Kalau kau tidak pintar, setidaknya kau harus bergabung di pergaulan atas! Sebentar lagi, kau akan debut, sampai kapan mau menyembunyikan diri? Tak ada hal bagus kalau kau selalu diam!"
Menyebalkan. Aku tahu itu. Aku sudah tahu itu!
Sekarang, aku berumur 14 tahun. Beberapa bulan lagi, aku harus debut di kalangan sosial. Aku juga harus ikut dalam pergaulan atas. Tetapi .... Tetap saja ....
Aku takut.
"Milly saja selalu ingin ikut dalam pesta! Kau yang punya kesempatan malah tidak dimanfaatkan dengan baik!" lanjut Papa.
Aku lebih memilih bertukar dengan Milly. Tak masalah kalau aku selalu terbaring. Dengan wajah yang cantik, siapa pun pasti akan menyukainya. Kepribadian Milly sangat baik dan ramah. Ia akan menjadi populer jika memiliki tubuh yang sehat. Orang tuaku tak pernah khawatir padanya. Karena suatu saat nanti, Milly pasti bisa menikah dengan orang yang pantas.
Begitu juga dengan kakakku. Meski tak terlalu cantik, wajahnya menarik. Ia juga pintar dan nilai-nilainya selalu bagus. Kakakku sangat terkenal di sekolah. Aku tak tahu bagaimana kepribadiannya di luar, tapi sesungguhnya, ia suka sekali memerintahku begitu pulang. Tetapi, orang tuaku tak akan peduli. Mereka senang karena kakakku sudah memiliki kekasih dan akan segera bertunangan.
Satu-satunya yang mereka khawatirkan adalah aku. Meski waktu kecil aku pandai dan lebih cepat mengerti, beranjak remaja, aku tak banyak berkembang. Wajahku juga biasa saja. Ditambah lagi, kepribadianku buruk.
Dibanding menghadiri undangan pesta teh, aku lebih memilih untuk mengurung diri di rumah. Aku selalu beralasan menjaga Milly setiap ada ajakan.
"Maaf," ujarku. "Maafkan aku."
"Kalau kau memang merasa bersalah, kau harus datang di undangan pesta teh putri Tuan Count Wimel."
Aku menunduk sedikit. "Baik, Papa."
Tuan Count Wimel adalah atasan Papa. Beliau juga akrab dengan keluarga kami. Anak tertuanya, perempuan, seumuran denganku, sedang bersiap untuk debut lalu sekolah di ibu kota. Sementara anak keduanya, laki-laki, dua tahun lebih muda dariku.
Begitu aku menutup pintu, Aresy langsung datang dengan wajah cemas.
"Apa Nona baik-baik saja?"
"Ya, terima kasih sudah khawatir," balasku sambil tersenyum tipis. "Kapan pesta teh Charlotte diadakan?" tanyaku mengungkit nama anak tertua Tuan Count.
"Dua hari lagi. Apa Nona bersungguh-sungguh akan datang?" tanya Aresy sambil mengikutiku ke kamar.
"Yah, mau bagaimana lagi," jawabku, mengangkat bahu. "Siapkan saja pakaian yang pantas. Tapi, jangan terlalu mewah."
"Baik, akan saya siapkan." Aresy terdiam sejenak, lalu mengaitkan jarinya di depan dada. "Kuharap, Nona baik-baik saja di sana."
Sudah sejak lama, aku dan Charlotte saling membenci. Tidak, tidak, lebih tepatnya Charlotte lah yang membenciku. Jadi, aku balas membencinya juga.
Kepribadianku benar-benar buruk, kan?
"Terima kasih," ujarku tulus. "Aresy, aku akan istirahat sampai jam makan malam. Jika Milly mencariku, tolong panggilkan aku."
"Baik, Nona."
Setelah itu, aku menutup pintu kamar. Embusan napas panjang kukeluarkan beberapa detik kemudian. Aku meregangkan tanganku ke atas, lalu mengambil kunci yang kusembunyikan di bawah tempat tidur. Kemudian aku duduk dan membuka laci kanan paling bawah meja belajar.
Sebuah buku bersampul tebal berwarna cokelat dengan corak ukiran dengan warna lebih muda ada di sana, bersama sebuah pulpen di sampingnya. Aku mengembuskan napas dan mulai menulis apa yang terjadi hari ini.
Daripada disebut diary, ini lebih mirip jurnal.
Saat aku tiba di dunia ini, aku berpikir, bahwa suatu saat, hal yang besar mungkin saja terjadi. Hal besar itu pasti akan berkaitan dengan kegiatanku waktu kecil juga. Sayangnya, aku yang pelupa ini mungkin saja melupakan hal penting. Karena itu, aku mulai menulis jurnal.
Awalnya, aku tidak terlalu rajin. Tetapi, sejak bertemu dengan Chaiden, aku mulai menulis setiap hari. Jika, dia benar tokoh utama, sebagai 'teman masa kecil' pasti ada fakta yang hanya kuketahui. Mungkin saja, di masa depan, dia malah dijebak dalam kejahatan besar. Dan mungkin saja, aku bisa membantunya.
Aku tahu, semua orang adalah tokoh utama dalam hidup mereka masing-masing.
Tapi, bagiku, yang pada kehidupan sebelumnya selalu berharap mati, sudah lama menyerah untuk mendapatkan kebahagiaan. Aku tak mungkin mendapatkan kehidupan setelah reinkarnasi seperti dalam cerita lainnya.
Satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk membuat diriku senang di dunia ini adalah melakukan hal yang ingin kulakukan. Meski, itu juga sedikit mustahil.
~•~
"Kudengar, Kakak akan datang ke pesta teh."
Aku menoleh sekilas, lalu mengembuskan napas lelah. "Iya."
"Apa selanjutnya Kakak juga akan menerima ajakan pesta?" tanya Milly lagi.
"Sepertinya begitu," jawabku, masih berdiri di samping jendela, menatap keadaan di luar. Kota kecil yang mirip desa ini memang selalu menenangkan. Angin yang begitu lembut dan sejuk, serta warna oranye yang begitu cerah. Benar-benar membuatku tenang.
"Kenapa Kakak selalu menghindari acara pesta?"
Hari ini dia banyak bicara, ya. "Aku tidak menyukainya. Aku tidak suka pesta."
"Sungguh? Kenapa?"
Begitu menoleh ke belakang, aku agak terkejut melihat ekspresinya yang cemas. "Karena ... entahlah." Aku duduk pada bangku di samping ranjang Milly, lalu mengambil buku yang masih berada di ranjang. "Aku hanya tak menyukai pesta."
"Syukurlah."
Aku menautkan alis, menatapnya heran. "Kenapa?"
Milly tersenyum manis. "Kukira, Kakak menghindari pesta karena aku."
Jadi, itu yang dia khawatirkan? "Tenang saja, itu bukan karenamu."
"Aku ... hanya tak ingin berpisah dari Kakak. Maaf, kalau aku merepotkan."
"Tenang saja, aku senang direpotkan, kok." Setidaknya, itu membuatku sadar kalau keberadaanku masih dibutuhkan.
×××
Alloooo~
Aku dapat hidayah buat update malem-malem :D. Sebenernya mau aku publish besok, tapi ya ... beginilah jadinya.
Aku bakal usahain update dua kali seminggu. Tentu, selama pembaca tetap naik meski cuma dua atau tiga. Karena masih dikit, jadi gampang aja di-cek. Maaf kalau aku terkesan gimana gitu :'
Jangan lupa tekan bintang dan komen, ya~ Makasih sudah membaca dan sampai jumpa di chapter selanjutnya!
~Lir
KAMU SEDANG MEMBACA
[TGJ #1] The Tale About Pink Haired Villainess
Fantasy[A Book About Journey] Reinkarnasi? Ah, aku sudah banyak membaca cerita tentang itu di kehidupan sebelumnya. Tapi, siapa sangka aku benar akan mengalaminya? Di dunia yang baru ini, aku hanya akan melakukan apa pun yang kuinginkan! Itulah tekadku. T...