• 76 : Memberi Makanan

26 8 1
                                    

"Jadi, Gail punya banyak peliharaan, ya?" tanyaku sambil mengikuti Tuan.

"Iya. Aku tak pernah mendatanginya," kata Tuan. "Tapi kurasa di sekitar sini."

Semakin dalam masuk ke hutan, rasanya tempat ini semakin suram. Ada aura tidak enak yang menyebar, tapi aku bisa merasakan jejak keberadaan Gail di sini. Apalagi, pohon-pohon di sekitar sini berwarna hitam, seperti habis terbakar. Aku yakin Gail sempat mengamuk di sekitar sini dan melampiaskannya dengan membakar hutan.

Ah, berbicara tentang Gail, aku membawa suling miliknya. Kuharap ia mengijinkanku. Yah, ini bukan berarti aku akan melakukan sesuatu dengan itu. Aku hanya ingin menjaganya baik-baik sebagai kenang-kenangan. Aku memiliki benda dari Aresy, tapi aku tak memiliki dari Yohan. Dan meski baru sebentar bersama Gail, aku menyukai pertemanan itu.

Meski ... sejujurnya aku ingin bersedih dengan kematiannya.

Srrk ....

Lamunanku buyar saat mendengar suara yang aneh. Aku terkesiap menyadari sudah ada puluhan ghoul di depan sana, makhluk yang membunuh Yuya. Mereka semua melihatku dengan wajah kelaparan, tapi tak ada yang mendekatiku.

... yah, itu sudah masa lalu. Aku juga tak sebenci itu pada ghoul mengingat kami berada di pihak yang sama sekarang.

Dan apa-apaan tanah naik di depan ini? Tanah yang seharusnya datar malah meninggi dengan ada bentuk tangga mengarah padaku.

"Sebaiknya kau tak terlalu dekat dengan mereka," ujar Tuan.

Ah, benar. Aku malah akan membunuh para ghoul ini. "Baiklah, baiklah."

"Kau tak masalah dengan tempat tinggi, kan?" tanyanya tiba-tiba.

"Yap." Aku menaiki tangga menuju ke bagian puncak tanah tersebut. "Aku tak takut dengan ketinggian atau sejenisnya~"

"Baiklah."

Hm. Dipikir-pikir aku ini keren sekali, ya.

Aku tak punya ketakutan yang spesifik, seperti serangga, ketinggian, atau sejenisnya. Beberapa hal yang kutakuti juga tak pernah kutemui. Lalu, aku juga keren dalam menjadi antagonis. Yah, meski semua orang pasti akan membenciku. Meski begitu, aku tetap berusaha untuk maju, kan? Aku juga terlihat begitu kuat karena tidak menangis atau trauma saat melihat kematian, seperti tokoh utama pada umumnya.

OHOHO! Setelah dipikir-pikir, aku memang keren! Berbanggalah, diriku!

"Tuan, karungnya," kataku mengulurkan tangan ke bawah.

Tuan memasukkan tangannya ke dalam lingkaran sihir di sampingnya, lalu mengeluarkan kantung berdarah dari sana. Bau busuk langsung menyebar dari benda merah tersebut. Ia menerbangkan karung tersebut ke arahku.

"Kau yakin akan membukanya?" tanya Tuan begitu aku memegangnya.

"Sejujurnya aku tak ingin. Tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk melemparkan mayat Marquis Philip ke ghoul," jawabku.

Tak apa! Aku bisa melakukan ini!

Aku menelan ludah lalu membuka kantung jerami tersebut. Dan benar saja, pemandangan potongan-potongan tubuh langsung memenuhi indera pengelihatanku.

... rasanya aku mau muntah .... Aku benci ini ....

"Kau tak perlu memaksakan diri. Biar aku yang melakukannya," celutuk Tuan.

"Tak apa," balasku. "Tuan lempar saja tubuhnya yang tersisa."

Apa aku masih bisa makan dengan enak setelah ini, ya.

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang