• 54 : Gail

52 13 3
                                    

Aku mengembuskan napas pelan sambil menopang dagu. Mau dipikir berapa kali pun, rumah ini tetap sepi tanpa Temian. Biasanya aku dan Temian mengobrol begitu lama, tapi sekarang aku belum mendengar kabar apa pun tentangnya. Yah, perang akan dimulai minggu depan. Jadi, semuanya pasti sedang mempersiapkan diri.

"Nona ...."

"Ya?" tanyaku pada Riech.

"Anu ... Anda bisa menunggu di depan saja. Jika Anda berada di sini, saya takut akan melakukan kesalahan ...." katanya.

Aku tertawa kecil, lalu berjalan ke sampingnya yang sedang membuat adonan. "Tak apa. Aku ingin melihat cara membuatnya."

Yap! Sekarang aku sedang berada di dapur!

Lima belas tahun di dunia ini, ini adalah saat ketiga aku datang ke dapur! Aku akhirnya melihat berbagai peralatan dapur dan seseorang yang memasak lagi!

Sisi positif menjadi bangsawan adalah tidak perlu melakukan pekerjaan rumah! Bahkan mendatangi dapur pun tidak perlu!

Ohohohohohoho!

"Kau membuat roti?" tanyaku melihat bulatan adonan berwarna kuning.

"Eh? Iya, Nona. Untuk camilan nanti sore," jawab Riech.

Aku tersenyum lebar. "Aku akan membantumu," kataku.

Yah, meski aku senang tak perlu melakukan pekerjaan rumah, terkadang aku ingin melakukannya lagi.

"Nona, Nona!" Riech menahan tanganku. "Tidak perlu! Anda tidak perlu melakukannya!"

Aku tertawa kecil. "Ayolah, aku bisa melakukan ini, tenang saja."

Meski sebelumnya aku tak pernah membuat roti, aku sering melihat caranya. Setelah adonan dibuat, sisanya adalah hal yang cukup mudah. Jadi tak masalah bagiku.

Ken yang berdiri di depan panggangan tertawa. "Nona bisa melakukannya?" tanyanya.

"Tentu saja." Aku menggulung lengan pakaianku, lalu siap menyentuh adonan. "Jangan meremehkanku."

"Wah, saya menantikannya."

HAH! LIHAT! Ken meremehkanku!

"Ah, tapi ... adonannya didiamkan dulu, kan? Kan? Berapa lama?"

Lalu setelah itu, aku ditertawakan.

~•~

"Kudengar ini buatanmu," celutuk Tuan.

"Ha. Ha. Ha." Aku melirik ke arah lain. "Aku yang membentuknya saja. Adonan dibuat oleh Riech dan dipanggang oleh Ken."

Tuan terdiam. Dari pantulan jendela aku bisa melihatnya memandangi roti yang ada di tangannya. "Kenapa kau membentuknya seperti kelinci?"

Pertanyaan yang sama dengan Diana dan Villyan. Saat tadi roti selesai dibuat, kami makan bersama, tapi Diana dan Villyan malah menertawakan bentuknya. Sebelum itu, Riech dan Ken hanya bisa terperangah saat tahu aku membentuknya menjadi kelinci.

APA YANG SALAAAAAH?

"Karena itu lucu!" seruku. "Itu akan jadi sangat lucu, makanya aku membentuknya begitu!"

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang