• 22 : Penyihir Kerajaan

120 21 0
                                    

Sejak kecil, aku hanya mengurung diriku di kota itu. Jarang pergi ke luar dan jarang meminta. Jadi, aku sendiri jarang berjalan-jalan di ibu kota. Ah, mungkin saat masih kecil, Papa dan Mama pernah membawaku, namun aku melupakannya.

Jadi, aku tak tahu kalau istana utama kerajaan kami sangatlah megah dan besar. Ada banyak benda-benda berkilau di atas, aku tak bisa memastikannya, karena tidak dapat melihatnya dengan baik. Belum lagi bendera-bendera simbol kerajaan, berjajar rapi di depan istana.

Saat debut, acara diadakan di aula utama, bangunan khusus yang terpisah dari istana. Waktu itu malam hari, jadi aku tak terlalu melihat sekeliling dengan baik. Seingatku, Chaiden sempat berkata kalau jarak antara aula dan istana cukup jauh, meski masih berada dalam gerbang.

Yah, bisa dibayangkan betapa luasnya Kerajaan Virtus ini.

Tetapi, sekarang aku tak sedang menuju ke istana utama. Chaiden dan dua ksatria lainnya hanya membawaku untuk melewatinya saja dan pergi menuju bangunan sihir—mungkin bisa kusebut menara karena di sanalah para penyihir tinggal dan bekerja. Yohan dibawa langsung oleh dua orang ksatria untuk diobati lebih lanjut, sementara aku dan Chaiden pergi ke halaman depan menara sihir.

"Halo, Nona Mayo. Apa Anda baik-baik saja?" tanya Roulette begitu ia memunculkan diri. "Saya dengar ada cukup banyak monster di jalan."

"Salam sejahtera, Tuan Roulette. Terima kasih, saya baik-baik saja berkat ksatria yang para ksatria yang datang," jawabku. "Maaf saya sempat menolak keinginan Anda untuk menjemput."

Pandangan Roulette turun ke bawah, pada bercak darah yang mengotori pakaianku. "Itu bukan masalah besar, Nona. Anda ... sungguh baik-baik saja, kan?"

Aku tersenyum kecil. "Iya. Saya benar-benar baik dan tidak terluka sedikit pun."

BAIK, APANYA? Saat tadi kami dikepung, seorang monster menerjangku dan hampir saja menggigitku, namun Aresy lebih dulu menusuk perut dan menendangnya menjauh. Aku tak tahu kalau Aresy benar-benar brutal.

Sebenarnya aku punya kemampuan untuk berkelahi, karena di dunia sebelumnya aku sempat belajar salah satu bela diri. Tetapi, tak bertahan lama karena Mama memutuskan untuk mengeluarkanku. Yah, meski begitu, aku masih mengingat caranya dengan baik. Aku juga punya bakat terpendam untuk menghajar seseorang.

... monster dan manusia tak jauh berbeda, kan?

"Syukurlah kalau begitu," ujar Roulette, mengembuskan napas lega. "Sebaiknya Anda beristirahat dulu sekarang," katanya. "Hari sudah mulai sore, sebentar lagi akan dingin. Saya akan mengantarkan Anda ke kamar."

Oh? Aku tak menyangka akan diijinkan menginap di sini. Hm .... Semua bangunan di dalam gerbang utama sangatlah indah dan megah. Aku yakin kamar-kamar di bangunan mana pun pasti sangat bagus. Apa ini seperti kamar hotel bintang lima, ya?

Fufufu.

.

.

.

BENAR-BENAR SEPERTI HOTEL!

Aku menelan ludah melihat satu kamar luas yang berada di depanku ini. Besarnya tiga kali lipat dengan kamarku di rumah Viscount! Di mataku, semua perabotannya terlihat sangat berkilau dan ... mewah. Satu ranjang besar, seperti seorang putri, meja belajar dan meja rias, sofa, serta perapian. Kamar ini bahkan mengeluarkan aroma yang harum.

"Apa saya boleh ... di sini?" Ya ampun, aku merasa seperti seorang bangsawan yang payah.

"Tentu saja," jawab Roulette sambil tersenyum hangat. Kuharap itu bukan senyum yang menertawakan tingkahku. "Beberapa kamar seperti ini di menara sihir, memang diperuntukkan bagi para bangsawan."

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang