• 50 : Surat dan Pesta Terakhir

54 12 1
                                    

Sudah lama aku tidak berhadapan dengan orang gila lagi. Karena itu, aku tak tahu apa yang akan terjadi pada tubuhku nantinya.

Aku mengembuskan napas pelan, memandang seorang pria yang menggeram-geram dengan mata menyala. Lalu, mataku melirik pada seorang laki-laki lain yang tergeletak di bawah dengan wajah pucat. Sepertinya laki-laki itu sudah mati, karena terlihat bekas cekikan di lehernya. Semua orang di sekelilingku terus saja bersorak memintaku mendekat agar itu segera berakhir.

Ayolah. Ini bukan sekali dua kali ada korban.

"Grrrrh ...."

Kenapa semua orang ketakutan, sih?

Baru saja aku maju selangkah, orang gila itu sudah menerjangku dan mengangkatku tinggi. Cekikannya di leherku begitu kuat, tapi yang membuatku kesakitan tak hanya itu.

Jantungku berdetak semakin cepat, seolah ingin meledak. Aku terbatuk, mengeluarkan sedikit darah dari mulutku.

Sakit .... Ini menyesakkan ....

Deg.

Deg.

Deg.

Deg.

"Kkhhh ...." Aku mengayunkan kakiku pada wajahnya, lalu terjatuh di bawah. Stocking hitam yang kupakai sobek tepat di lutut, tapi untungnya tak memberikan luka sama sekali.

Aku memegangi leherku, berkali-kali terbatuk dan mengeluarkan darah menyebalkan. Tumpukan salju yang putih bersih, kini berubah menjadi merah darah.

Daripada itu, ada yang aneh dengan sihir hitam barusan.

"Nona!" Aresy memegang bahuku. "Saya terlambat datang karena Anda bilang tidak perlu. Tetapi, kenapa malah begini?"

"Tak apa. Aku baik-baik saja," kataku sambil berdiri. "Kalau aku mundur di sini, mereka akan mengejekku habis-habisan," lanjutku memelankan suara.

Kemudian, aku kembali maju dan menahan kedua tangan orang gila itu. Kekuatannya luar biasa, aku sampai dibuat berayun-ayun juga. Dalam situasi biasa, aku akan suka berayun-ayun begini, tapi sekarang tidak. Karena sedang dalam kondisi lemah, aku merasa bisa terlempar jauh.

Deg.

Deg.

Deg.

"Diamlah!" bentakku. "Tidak bisakah kau tenang? Aku sedang menyelamatkanmu!"

Tepat setelah aku berkata begitu, orang gila ini mulai tenang dan buih-buih cahaya berterbangan ke atas.

Sudah selesai.

Aku langsung kembali terduduk di depannya yang jatuh pingsan. Seorang penyihir datang membawa pergi pria itu, sementara gerombolan penduduk langsung berputar-putar di sekelilingku.

"Nona, Anda baik-baik saja?"

"Kemarilah, saya akan memberikan Anda minuman hangat."

"Nona Griss, apa Anda bisa berdiri?"

Cih.

Padahal tadi mereka menatapku seperti serangga karena tak segera maju menghadapi. Tapi sekarang mereka malah sok dekat—

Duk.

Aku merasakan ada seseorang yang menyenggol punggungku. Karena sedetik kemudian aku terjatuh ke atas salju yang dingin.

"Nona Griss!"

"Ya Tuhan!"

"Nona!"

Minggirlah! Pergi kalian semua!

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang