• 25 : Putri dan 'Tuan'

114 22 0
                                    

"PU—!"

"Ahahaha!" Aresy langsung tertawa saat aku membekap mulut Verren. "Ver, kenapa kau tiba-tiba berteriak, sih? Apa kau tak suka minumanmu?" tanyanya mencoba mengalihkan perhatian beberapa orang yang melihat ke arah kami.

"Ubah penampilan Tuan Putri," bisikku pada Verren. "Kau bisa, kan?"

Verren mengangguk berkali-kali, lalu mulai mengucap mantra dan mengarahkannya pada sang Putri. Dalam sekejap rambut dan mata emas Putri berubah menjadi warna cokelat.

"Halo, gadis kecil," sapa Yohan. "Kau tersesat?"

Aku mengembuskan napas lega. Kedua pelayan kesayanganku memang hebat. Mereka sudah tahu apa yang harus mereka lalukan.

Sang Putri mendengus. Ia keluar dari bawah meja, lalu duduk di antara aku dan Verren sambil mendelik padaku. "Apa yang kau lakukan? Mengubah penampilan seenaknya."

Anak ini menyebalkan! Aku mengembuskan napas pelan, lalu menundukkan kepala tanpa kentara dan berbisik pelan, "Salam hormat dan sejahtera. Kiranya berkah kesehatan dan cahaya selalu menyinari Anda. Maafkan atas perilaku saya yang tidak sopan ...."

"Hm. Siapa namamu?" tanyanya mengalihkan pandangannya ke depan.

"Nama saya Mayo Griss, dari keluarga Viscount di selatan. Saya ada di tempat ini untuk memberikan kekuatan suci," jawabku masih berbisik. "Sebelumnya, saya meminta ijin untuk berbicara tidak formal karena ini berada di luar istana dan tak ada pengawalan yang bersama kita."

"Tak akan ada yang berbuat macam-macam. Memangnya mereka mau melakukan apa pada Putri Kerajaan?"

Wah, sombong sekali putri kecil satu ini. Sepertinya dia tak pernah pergi ke luar istana. "Di ibu kota ada banyak kejahatan, Yang Terhormat Putri Sea. Saya khawatir jika Anda mengalami hal buruk karena kelalaian kami."

Aku sama sekali tak merasa canggung berbicara dengannya. Sikap, gaya bicara, dan tatapan anak ini membuatku kembali mengingatkan teman-teman di kehidupan lamaku. Jadi, yang ada di dalam diriku sekarang hanyalah kekesalan.

"Saya harap, Anda bisa mengikuti perkataan kami. Ini juga untuk keselamatan Anda," sambung Verren.

Sea melirik Verren beberapa saat, lalu mengangguk. "Baiklah."

Aku kembali mengangkat kepalaku dan kembali menopang dagu. Aku melempar tatapan kesal pada Aresy dan Yohan, mengatakan secara tersirat, bahwa aku tidak menyukai sang Putri.

Yohan hanya tertawa kaku, sementara Aresy langsung memajukan wajahnya. "Hei, Nak, di mana rumahmu?" tanyanya. "Ini sudah malam. Sebaiknya kami mengantarmu pulang."

Bagus, Aresy!

"Tidak perlu," jawab Sea. "Aku susah payah keluar dari rumah. Jadi, aku ingin melihat keadaan di luar lebih lama lagi."

Verren bilang, anak ini unggul dalam sihir. Dia pasti mengikuti kami tanpa ketahuan. Anak seperti Sea akan langsung ketakutan saat melihat kejadian buruk seperti perampokan atau insiden sihir hitam.

Oh! Benar juga! Aku datang ke sini untuk berbicara tentang itu.

Seorang pelayan berjalan mendekat, membawakan empat piring dengan tiga menu di antaranya sama. Ia meletakkannya di hadapan kami, lalu pergi.

"Ini pertama kalinya aku melihat makanan seperti ini," cetus Sea. "Apa enak?"

"Ah .... Sebaiknya Pu—kau tak memakan ini," ujar Verren.

Baiklah, aku akan membiarkan Verren menangani Sea. "Yohan, apa kau berhasil mendapatkan barang yang kuminta?" tanyaku sambil menusuk salah satu sosis.

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang