• 75 : Sang Antagonis

40 10 0
                                    

Blar! Blar!

"TIDAAAAAK!"

"MENJAUH DARI SINI!"

Aku tersenyum-senyum sambil memandang ke bawah. Pemandangan orang-orang yang berlari ketakutan ternyata memang sangat menyenangkan. Aku suka melihat kepanikan yang mendadak muncul ini.

Mengeluarkan sihir hitam ternyata cukup mudah. Aku hanya perlu memikirkan untuk mengeluarkannya saja dan itu sudah terjadi. Tak butuh berhari-hari mempelajarinya, karena dalam satu jam aku sudah bisa melakukannya.

Dan sekarang, aku menghancurkan Panti Asuhan Delius dengan menggunakan seorang anak. Ada gadis cantik di panti asuhan itu yang menjadi korban Duke Tranos, tapi tidak mendapatkan kematian. Namun, sepertinya itu sangat membuatnya trauma karena saat aku menemuinya, gadis itu langsung menangis hebat.

Sebelum memberikan sihir hitam, aku harus menyentuh kegelapan di dalam hati mereka dulu. Itu menjadi pemicu seberapa besar kekuatan sihir hitam bisa mereka kendalikan.

Tuan sudah menguburkan mayat Gail di tempat yang sama dengan Aresy dan Yohan. Aku sendiri tidak tahu itu di mana karena tak bertanya. Bisa dibilang, aku menolak untuk tahu. Aku takut menemui mereka semua dengan keadaanku sekarang ini.

"Menurutmu, apa para penyihir di sini bisa menyucikannya?" tanyaku pada Tuan.

"Tidak," jawabnya langsung. "Mereka tak pernah mempelajari teknik seperti itu."

Aku tertawa geli. "Jadi, tak akan ada yang bisa menetralkannya?"

"Mungkin mereka hanya bisa menahannya saja."

"Yah, kurasa itu cukup." Aku melipat tanganku sambil memandang gadis kecil yang masih terus mengamuk sambil meneteskan air mata. "Kuharap setidaknya dia berhasil membunuh seorang penyihir."

Itu bukan harapan yang baik. Tetapi, jika ia tidak melakukannya, Kerajaan Etsaia tidak akan merasa terancam.

Meski begitu ... aku merasa bersalah karena menggunakan gadis kecil sepertinya untuk rencana jahatku. Dia mungkin akan dihukum mati jika lengah. Tapi ... sihir hitam bukan sesuatu yang bisa dihancurkan begitu saja. Meski mati, gadis itu bisa menjadi ghoul atau undead dan akan semakin parah.

Di Etsaia mungkin tak ada yang tahu tentang hal itu. Bagaimana pun juga di sini ... tidak pernah ada insiden sihir hitam, seperti di Virtus.

"Tiga hari lagi, aku akan kembali melakukannya," kataku sambil berbalik. Aku tak bisa melakukannya terburu-buru atau mereka malah akan mencurigai Virtus. "Sekarang, ayo temui Marquis Philip."

.

.

.

"Halo~" Aku menarik kursi kayu, duduk di depan jeruji. Di dalam sana, Marquis Philip menatapku dengan penuh ancaman.

Yah, dia tak akan bisa melakukan apa-apa. Kedua kaki dan tangannya dirantai pada dinding. Selain itu, Tuan berdiri di dekat Marquis Philip. Semili pun, Philip tak akan bisa mendekatiku.

OHOHOHO!

"Kau bocah sialan!" bentak Philip.

Yah, para penjahat selalu membentak-bentak di saat terakhir mereka. "Kenapa kau malah berteriak-teriak begitu? Dari semalam kau belum minum apa pun, kan? Kau hanya akan membuat tenggorokanmu sakit."

"SIAL! AKU PASTI AKAN MEMBUNUHMU!"

"Tidak. Aku yang akan membunuhmu," jawabku. "Kurasa, jika salah satu jarimu putus, kau baru bisa diam."

Raut wajahnya langsung berubah ketakutan. Namun, Philip tak terlihat ingin menyerah, malahan ia mengeluarkan seringai meremehkan. "Kau tak akan bisa melakukan itu, bocah penakut."

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang