• 63 : Berbelanja

56 12 0
                                    

Perutku, kepalaku, dan tenggorokanku rasanya seperti campur aduk. Ini membuatku mual. Ugh ....

Harusnya aku memang tak minum alkohol.

"Tuan. Apa semalam aku mengatakan hal-hal aneh?" tanyaku sambil memijat pangkal hidungku.

"Kau melupakannya lagi?"

"Yah .... Aku ingat minum alkohol dan aku mabuk, tapi aku tak ingat berbicara tentang apa saja," jawabku. "Uweeh .... Perutku tidak enak ...."

Tapi, tunggu sebentar. 'Lagi'? Apa aku juga pernah melupakan sesuatu?

Ah, entahlah. Aku harus meredakan rasa sakitku ini dulu. "Jadi, apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"

"... tidak."

Jeda yang mencurigakan. Yah, terserahlah. "Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke sungai. Apa di dekat sini ada?"

"Tidak," jawab Tuan. Ia berdiri dari duduknya. "Biar kubawa ke sungai terdekat."

"Oh, terima kasih ...."

Mungkin ini hanya perasaan sekilas, tapi hari ini aku memiliki firasat hal baik akan terjadi. Mataharinya sangat cerah dan tumpukan salju sudah hampir menghilang. Cuacanya mulai menghangat.

Kurasa, musim dingin sudah berakhir sekarang.

~•~

Hebat .... Ini benar-benar hebat. Aku tak menyangka akan melihat kompor seperti saat di jamanku. Modelnya memang sama persis, tapi kompor ini bukanlah kompor gas.

Peralatan dengan sihir.

Sihir?

Aku memandang kompor dua mata tersebut sekali lagi. Memang benar, tak ada bagian untuk menyalakan api. Ini seperti kompor dengan sensor sentuhan. Aku menggerakkan tanganku menyentuh pinggiran tungku, tapi tak ada apa pun yang keluar.

Bagaimana cara menggunakan ini?

Seingatku kompor di menara sihir tak sesusah ini. Ada tombol untuk menyalakan, jadi mudah saja.

Aku memalingkan wajahku ke kanan, menemukan papan bertuliskan 'Kompor Biasa'. Kompor-kompor yang berjajar di sana terlihat sangat kuno dan aku sendiri tak bisa menyalakannya.

"Anu, maaf ...." kataku memanggil sang pedagang. "Ini ... bagaimana cara menggunakannya?" tanyaku menunjuk kompor bersihir itu.

Tuan sudah mengubah wajahku. Jadi orang biasa tak akan tahu kalau aku Mayo. Sebenarnya, ia juga bisa mengubah pakaianku, tapi aku yang tak menginginkannya. Jadi, dia juga tidak melakukannya.

"Memakai batu sihir, Nona," jawab pria bertubuh tinggi itu. Ia mengarahkan telunjuknya ke belakangku. "Lihat toko di sana? Mereka menjual batu sihir. Untuk bisa menyalakan kompornya, kau harus memasukkan batu sihir itu ke dalam kompornya."

Begitu, ya, aku mengerti.

Bagaimana pun, itu lebih mudah daripada harus menyalakan api setiap saat dengan kayu dan lainnya. Atau menggunakan kompor gas yang cenderung mustahil untuk anak-anak seperti mereka. Ah, aku bahkan tak tahu apa di sini sudah ada kompor gas.

Seharusnya jika batu sihir digunakan untuk kegiatan sehari-hari, harganya tak akan mahal. Kurasa uangku cukup.

"Kalau begitu, aku beli ini."

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang