• 49 : Pesta Ulang Tahun Kerajaan

53 14 0
                                    

"Melihatmu begini, rasanya aku jadi merindukanmu, Nona kecil."

... TIDAAAAAK!

DAMAGE! DAMAGE!

MAYO AKAN MATI DENGAN K.O!

Dengan suara lembut yang manis dan pakaian seperti pangeran, Chaiden berbicara padaku. Setelah beberapa minggu tak melihatnya, aku bisa bertemu dan berbicara dengan Chaiden lagi!

SIAL! INI TERLALU KUAT!

MAYO SEKARAT! MAYO MATI! BERIKAN HEAL! AKU BUTUH DUA BOTOL!

"Nona kecil?"

Aku mengerjap, memandang mata Chaiden sambil tertawa. "Maaf, maaf. Kau bicara apa tadi?"

"Aku merindukanmu," jawab Chaiden tanpa beban. "Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku bertemu denganmu, Nona kecil."

"Oh, benar," kataku sambil lanjut berjalan. "Kau terlalu sibuk dengan tugasmu, sih."

Chaiden tertawa renyah. Ia mengulurkan tangannya, membantuku menaiki tangga untuk masuk ke dalam kereta kuda. "Kau tahu, Nona kecil, belakangan ini aku juga dimintai tolong."

"Apa?" tanyaku saat sudah duduk di dalam.

"Kau ingat gadis yang saat itu keluar dari dalam danau, kan?" Chaiden duduk di depanku, lalu memerintahkan kereta kuda untuk melaju.

"Ah, iya .... Aku tahu." Anak menyebalkan dan sangat cantik yang nantinya akan menjadi heroine-mu. Mana mungkin aku tak mengingatnya?

Celestia brengsek.

"Apa kau tahu hasil tesnya?"

"Yah ...." Aku menahan diri untuk tak mengembuskan napas, namun mengalihkannya dengan melirik ke luar jendela. Memandang pemandangan yang terus berganti, membawa kami menuju aula kerajaan yang berada di tengah ibu kota, bukan di dalam gerbang utama. "Kudengar, ia memiliki kekuatan suci dan sihir yang sangat tinggi."

"Iya. Sepertinya, Celestia tertarik menjadi ksatria dan penyihir sekaligus. Jadi, aku diminta untuk menjadi gurunya di pagi hari. Lalu, saat sore, dia pergi belajar sihir dengan Roulette."

Heeeh. Jadi dia sudah memanggilnya dengan santai begitu, ya. Cerita utamanya sudah dimulai. Jika Roulette juga mengajari Celestia sihir, laki-laki itu pasti juga termasuk salah satu tokoh laki-lakinya. Mungkin ... tokoh utama laki-laki kedua?

Jika seperti itu, apa dunia ini adalah game?

"Hebat sekali," ujarku. "Pasti menyenangkan memiliki hasil ujian yang tinggi."

"Kau iri, Nona kecil?"

Aku tertawa pelan, kembali menatapnya. "Tentu saja. Aku juga berharap memiliki kemampuan seperti itu. Meski hanya salah satunya, itu akan membuatku senang."

Ekspresi Chaiden berubah. Ia terlihat sedikit murung. "Aku sudah dengar tentang apa yang terjadi pada Yohan."

Ah .... Dia pasti mengira aku menginginkan kekuatan agar bisa melindungi Yohan. Yah, itu tak sepenuhnya salah. Jadi, aku akan membiarkan anggapannya yang seperti itu.

"Dari siapa kau mendengarnya?" tanyaku.

"Roulette." Tangan Chaiden terkepal di atas lututnya. "Maaf, aku tak bisa berbuat apa pun."

Sampah itu .... Meski dia memberitahu Chaiden tentang keadaan Yohan, ia tak membantuku mencarinya. Ah, sungguh, semua ini sangat memuakkan.

"Mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi." Aku teringat kondisi Yohan di dalam ruang bawah tanah itu. Tubuhnya yang membeku dan darah merah yang membekas. "Entah di mana ia sekarang, Yohan mungkin sudah tiada. Tak ada yang bisa menemukannya juga. Jadi ... aku akan merelakannya."

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang