• 56 : Sendirian

53 13 0
                                    

Begitu aku membuka mata, aku tidak lagi berada di rumah itu. Tak ada yang menyambutku, tak ada yang berada di sampingku. Aku tidak lagi menerima sapaan hangat.

Aku menarik napas panjang dan mendudukkan diri. Pakaianku tidak berubah, tapi sepatu botku dilepaskan, diletakkan di samping tempat tidur. Sekali lihat, aku tahu kalau kamar ini adalah kamar di menara sihir.

Dulu, ada Aresy dan Yohan yang menungguku bangun. Tapi sekarang, mereka sudah tidak ada.

Lagi-lagi, aku sendirian.

Sama seperti saat di rumah sakit itu.

Selalu. Selalu.

Tak ada orang yang bertahan lama di sampingku.

Dan aku ... masih tidak bisa mati sekarang.

Aku ingin mati. Aku ingin pergi dari dunia ini.

Kuharap cerita ini tak pernah ada. Kenapa cerita ini harus dibuat? Kenapa harus aku yang mengalami ini?

Tiba-tiba pintu terbuka. Seorang perempuan berambut panjang berdiri di sana, menatapku dengan sangat terkejut.

Ah. Aku ingin membunuhnya.

Aku ingin membunuhnya.

Seandainya aku yang menjadi tokoh utama, Aresy tak akan mati! Diana, Yohan, Riech, Ken, dan Villyan, mereka tak akan mati!

Aku ingin membunuhnya.

Suatu saat, aku akan menusuknya dan menjatuhkannya ke jurang.

"Mayo! Kau sudah bangun!" serunya dengan wajah senang.

Menjijikkan.

Ekspresinya itu sangat menjijikkan. Padahal, terakhir kali kami bertemu, aku sudah mendorong dan menendangnya. Tapi, dia masih bisa mendekat dengan senyum.

Protagonis selalu memiliki sifat yang kubenci.

"Tunggu sebentar, ya, aku akan mengecek kondisimu."

Kenapa dia bisa segalanya? Kenapa dia menggunakan kekuatan suci?

Seandainya itu semua milikku, mereka tak akan mati.

Kenapa dia mendekat dengan tenang? Kenapa dia malah senang aku sudah bangun?

Aku ... ingin tidur selamanya.

"Mayo?"

Aku menarik kedua ujung bibirku, membentuk senyuman manis. "Terima kasih, Celestia."

Senyum ikut terukir di wajah Celestia. "Iya!"

Aku sangat ingin menghancurkannya.

Celestia duduk di tepi ranjang, mengeluarkan cahaya hijau di tangan kanannya. "Mayo, kau tiduran saja."

Aku mengikuti perkataannya, kembali merebahkan diri di atas kasur. Lalu, ia menggerakkan tangannya di atasku dengan cahaya hijau yang menyinari tubuhku.

"Aku senang jika bisa menolong seseorang," katanya mulai berbicara. "Aku sudah mendengar apa yang terjadi pada pelayanmu dan turut berduka. Kau pasti takut sekali, ya."

Takut? Kenapa aku harus takut?

"Karena itu, Mayo, kau bisa meminta bantuanku. Aku pasti akan menolongmu," lanjutnya.

Orang baik selalu menjijikkan. Ia bisa mengatakan semua itu karena dia adalah tokoh utamanya! Tentu saja, dia bisa menyelamatkan kerajaan ini!

Dari siapa?

Dariku! Aku yang akan mati nantinya!

Jika Celestia tidak bisa menang, cerita ini tidak akan menarik! Memangnya kejahatan yang akan menang? Itu tidak mungkin!

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang