After Ending 3

66 11 0
                                    

Gadis itu tenggelam dalam lautan yang sangat gelap. Dengan rambut hitam, serta pakaian putih panjang tanpa lengan. Mata dan bibirnya tertutup.

Entah sudah berapa lama, gadis itu tertidur dalam lautan yang dalam.

Hingga suatu hari, ia membuka matanya dan melihat sebuah cahaya. Begitu menyentuhnya, gadis itu menemukan dirinya sebagai seorang bayi.

Aku terlahir kembali.

Bayi itu dinamai Turi.

Dalam kehidupan berbeda dan kisah yang berbeda. Ia kembali menjalani kehidupannya.

Walaupun lahir sebagai anak seorang pemilik toko roti terkenal, Turi sama sekali tak memiliki bakat memasak. Ia malah selalu menghancurkan dapur. Hari demi hari, tahun demi tahun, sekeras apapun mencoba, ia tak berhasil membuat satupun roti.

Alhasil, semua orang mencercanya, termasuk kedua orang tuanya sendiri.

Karena itu, di umurnya yang ke lima belas tahun, Turi hanya duduk pada barel di depan rumahnya dengan wajah lelah.

Seharusnya aku tidak lahir sebagai anak toko roti. Menyebalkan, batinnya dengan bibir mengerucut.

Ia menopang dagunya dengan satu tangan, lalu memandang jari-jemarinya sendiri. Apa ... aku bisa bertemu mereka lagi di dunia ini?

Sejak lahir hingga detik ini, Turi selalu memikirkan hal yang sama. Kehidupan kali ini sama sekali tak berkesan, manusia tetaplah memuakkan. Turi tak berhenti untuk membencinya.

Namun, ia selalu berharap setiap hari. Turi tak pernah berhenti berdoa. Ia ingin bertemu dengan mereka lagi, kelima anak kecil itu, keempat teman baiknya, ketiga orang berharga baginya, partner menakjubkan yang tak pernah jujur, seorang gadis yang selalu mengaguminya, dan laki-laki itu.

"Kakak."

Turi mengerjap pelan. Ia baru tersadar seorang perempuan berambut kecokelatan kini berdiri di depannya. Gadis kecil itu memandang Turi dengan sepasang mata belonya dan membawa kantung kecil.

"Iya?" tanya Turi.

"Aku mau beli roti," ujar gadis itu.

"Oh!" Turi langsung berdiri. "Ayo masuk, pilih rotinya," katanya sambil berjalan masuk lebih dulu.

Hari ini, orang tuanya memang sedang pergi untuk membeli bahan-bahan. Jadi, Turi yang menjaga toko.

"Hmm .... Aku mau yang ini," ujar gadis itu menunjuk pada sebuah roti oval dan selai stroberi.

"Itu saja?" tanya Turi yang berdiri di belakang etalase.

"Iya."

Turi tersenyum manis, lalu mengambil roti tersebut dan meletakkannya pada sebuah bungkusan kertas.

"Kudengar, Kakak tidak bisa membuat roti," ujar gadis yang kini sudah duduk di salah satu bangku dalam toko roti.

"Ah, iya," balas Turi. "Entahlah, sepertinya aku memang tak berbakat memasak."

Gadis itu tertawa kecil. "Kakak hanya belum bisa saja. Aku yakin Kakak bisa melakukannya, kok~"

Turi ikut tertawa, mendekati gadis itu sambil membawa bungkusan rotinya. "Yah, lihat saja nanti. Ini milikmu."

"Terima kasih," balas sang gadis sambil memberikan beberapa koin berwarna cokelat.

"Omong-omong, siapa namamu?" tanya Turi, menerima uang tersebut.

"Cell," jawab gadis kecil itu dengan senyum lebar. Ia lalu turun dari duduknya dan berkata, "Suatu saat nanti, aku ingin mencoba masakan Turi."

Sontak Turi terhenyak. Ia memandang Cell yang menjauh sambil melambaikan tangannya, pergi dari toko roti.

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang