• 11 : Kota Terakhir

143 25 0
                                    

Setelah enam hari di perjalanan, akhirnya kami sampai di daerah utara. Aku agak sedikit terkejut dengan beberapa peraturan yang berbeda di daerah sudut ini.

Di pintu masuk kota letak Hutan Sanctus berada, terdapat larangan kereta kuda untuk masuk. Mereka menyediakan tempat tersendiri untuk menyimpan kereta kuda tersebut. Sebenarnya, ada tempat untuk para bangsawan, namun karena kami sedang menyamar, kereta pun ditempatkan dengan kereta rakyat biasa. Kami juga harus membayar.

Yah, seperti membayar untuk parkir mobil di kehidupanku sebelumnya.

Lalu, kami harus berjalan jauh lantaran Hutan Sanctus masih cukup jauh dari pintu masuk kota.

"Yohan, kau pergilah mencari penginapan yang murah. Lalu, Aresy dan Loton, ikut denganku."

Begitulah perintahku begitu merasa curiga. Bagaimana pun juga, aku harus menyelidiki kota ini dulu sebelum datang ke Hutan Sanctus.

Entah kenapa, aku merasa aneh dengan kota ini. Dan satu hal yang pasti, kota ini berbahaya.

"Nona untuk makan siang, apa Anda ingin makan di penginapan?" tanya Aresy yang berjalan di sampingku.

"Tidak. Kita akan membeli makanan di kios," jawabku. "Ah, lalu jangan memanggilku dengan panggilan 'Nona'. Cukup dengan namaku saja, mengerti?"

"Eh? Kenapa?"

"Jika ada banyak perampok di Hutan Sanctus, artinya juga banyak perampok di hutan ini."

Karena tidak mungkin bisa masuk ke area hutan tanpa melewati pintu gerbang.

"Baik, saya mengerti," ujar Loton.

"Sekarang, coba panggil aku," kataku sambil memutar tubuh menghadap mereka berdua.

Loton dan Aresy saling bertatapan beberapa detik sebelum akhirnya mengucap namaku bersamaan.

"Mayo."

Aku tertawa kecil. "Ini hanya untuk antisipasi, namun jika ada hal buruk terjadi dan hubungan kita bertiga dipertanyakan, aku sudah menyiapkan skenario." Ini adalah salah satu hal yang ingin kulakukan! "Aku adalah adik dari Aresy. Kau dan Yohan adalah tetangga kami. Lalu, kita kemari untuk mengambil daun Hutan Sanctus karena orang tua kita sedang sakit di rumah. Mengerti?"

"Sa—Aku terkejut mengetahui N—Mayo sudah merencanakan hal seperti itu."

"Yah, kau benar ...."

"Lebih santai kalian berdua." Aku bersedekap. "Tidak perlu ada ucapan formal, mengerti?"

"... baiklah, Mayo."

.

.

.

Kota ini ternyata lebih busuk dari yang kuduga. Ah, tidak, para penyihir dan ksatria ... ternyata orang-orang yang busuk.

Aku benar-benar tak menyangka mereka meminimalisir informasi penting tentang Hutan Sanctus! Pantas saja Papa memberikan uang yang cukup banyak padaku! Tetapi, sayangnya, uangku sudah tersisa sedikit! Hanya cukup untuk pulang!

Sial! Kalau tahu begini aku akan memanfaatkan bros Viscount saat masih belum melewati ibu kota! Rakyat di selatan pasti mengijinkanku memakai penginapan gratis!

ARRGHHH! SUNGGUH, INI SANGAT MENYEBALKAN!

Siapa yang mengira kalau daun-daun di Hutan Sanctus ternyata hanya bisa didapatkan dengan cara dibeli?

Kalau begini, semuanya akan semakin jelas! Alasan para ksatria menjaga baik-baik daerah Hutan dan alasan banyak perampok di sana.

Ah, sungguh!

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang