• 84 : Biru dan Merah

31 10 0
                                    

"Kenapa harus dibakar?" tanya Illya saat kami tiba di depan Hutan Sanctus.

"Karena ... hutan ini hanya akan membawa masalah," jawabku.

Dunia ini mungkin hanya ada di dalam cerita, tapi ... dunia ini juga memiliki kehidupan dan tak akan musnah begitu saja jika tokoh utama menyelesaikan adegan terakhir. Seperti yang dikatakan Vete, kisah gadis penumbuh daun akan terus ada. Anak-anak sepertiku, yang bisa menumbuhkan daun Hutan Sanctus pasti akan lahir. Dan semua tragedi bisa terulang.

Hutan Sanctus sudah kehilangan daunnya sekarang. Sejak Mayo Griss mati, mereka pasti menghemat pemakaian daun suci. Karena itu, saat perang kemarin, masih ada sisa daun. Tapi sekarang, daun suci sudah benar-benar habis.

Di tempat ini, aku pertama kali bertemu Tuan. Dan di kota ini, aku pertama kali bertemu Temian. Tak banyak kenangan yang kumiliki tentang Hutan Sanctus. Namun ... Hutan Sanctus ini menarik semua kekuatan suciku untuk bisa memanggil Celestia. Dan yah, tentu saja tak akan ada yang mengetahui itu karena hanya aku yang bisa masuk ke dalam pohon utama Hutan Sanctus.

Saat itu, aku mengira, aku bisa menjadi tokoh utama. Kebanyakan cerita seperti itu. Mereka menjadi seorang karakter antagonis, tapi pada akhirnya mendapat banyak pujian dan sukses memutar takdir.

... aku ingin menjadi tokoh seperti itu.

Aku mengambil ranting besar yang dekat denganku, lalu mengulurkan pada Tuan. "Api."

Tuan menatapku lama. "Apa kau ingin membakarnya sendiri?"

"Ya. Kau dan Illya tak bisa masuk ke dalam karena sihir hitam itu, kan?" Aku tersenyum. "Jadi, aku yang akan membakarnya sendiri." Oh, tiba-tiba aku terpikirkan adegan bagus untuk sebuah komik. "Dengan penampilan sebagai Mayo."

Ini akan jadi adegan yang keren!

Tuan sepertinya tak setuju. Tapi, ia jarang sekali menolak permintaanku. Jadi, Tuan langsung memberikan api pada ranting tersebut dan mengubah penampilanku.

"Kalau memang ada yang kemari. Biarkan saja mereka melihatku. Terutama Celestia dan Chaiden." Setelah mengatakan itu, aku masuk ke dalam hutan.

Aku mengembuskan napas, lalu berjalan menuju pohon utama. Dulu, banyak yang menyambutku saat aku selesai menumbuhkan daun. Aresy atau Temian juga membawakan makanan untukku. Dulu, aku seperti seorang gadis suci.

Ranting salah satu pohon yang dekat denganku kupotong, lalu kusalurkan api pada ranting itu.

Ya, dulu aku mencoba menjadi pahlawan, mencoba menjadi gadis paling suci.

Tapi ... itu dulu.

Aku sudah membulatkan tekadku untuk melawan dua kerajaan.

Begitu kulempar rantingnya pada pohon utama, warna merah langsung memenuhi pengelihatanku. Merah yang panas berkobar begitu hebat.

Tanpa aku di dalamnya, pohon Sanctus hanyalah pohon biasa.

Ya! Ayo bakar semuanya!

Aku tertawa kecil, lalu berjalan-jalan mengelilingi Hutan Sanctus. Warna biru yang begitu indah kini berperang dengan warna merah menyala. Tidak ada lagi kelembutan dan kehangatan di Hutan Sanctus. Hutan yang mereka puja sudah hilang!

Hutan Sanctus terbakar~

Semuanya berubah menjadi merah!

Ahahahaha! Ini menyenangkan! Bisa melakukan apa pun yang diinginkan sangatlah menyenangkan! Aku tak perlu menahan diri! Aku tak perlu juga berpura-pura menjadi gadis baik!

Hancurkan semuanya!

"APA-APAAN INI?"

"SEGERA PADAMKAN APINYA!"

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang