"Bagaimana perjalanan Anda saat pergi ke Hutan Sanctus?" tanya Roulette setelah menyesap teh yang dibuat oleh penyihir bawahannya.
Aku tak menyangka dia akan mulai bertanya dari sana. "Baik-baik saja. Saat berangkat, kami tak bertemu monster. Ah, lebih tepatnya, kami menghindari area yang memiliki banyak monster. Tetapi, kami bertemu dengan orang yang terkena sihir hitam, dua kali."
"Sihir hitam, ya .... Di mana saja?" tanya Roulette.
"Saya tak yakin di mana, karena tak terlalu menghafal nama kota. Yang saya ingat hanya sihir hitam di kota terakhir," jawabku.
"Apa Anda dirampok?"
Apa aku bisa membicarakan tentang Desa Sanctus, ya? Tapi, bagaimana kalau mereka disucikan? Mereka terlihat sangat menghargai sihir hitam dan 'Tuan', juga telah melepaskanku. 'Tuan' juga pernah melindungiku dan Anne mungkin akan mendapat masalah jika diketahui berasal dari sana. Jadi aku akan merasa bersalah jika mereka disucikan.
Bagaimana aku bisa bercerita tanpa diungkit ....
Dan disamping itu, jika Roulette mulai berbicara tentang 'perampokan', artinya dia tahu, kan? Tapi kenapa pihak kerajaan tidak bertindak?
"Tidak." Aku menggeleng pelan. "Seorang anak mengantar saya ke sana. Jadi, kami melewati jalan lain yang lebih aman."
Aku tidak sepenuhnya berbohong tentang keberadaan jalan lain. Seharusnya ini cukup.
"Jalan lain?"
"Ya. Ada jalan kecil yang jarang dilewati. Saya bisa datang dan pergi dari Hutan Sanctus lewat tempat itu."
"Saya mengerti." Lalu ekspresi Roulette berubah serius. "Nona, bagaimana keadaan Hutan Sanctus saat Anda datang?"
Ah. Akhirnya dia bertanya tentang itu. Sepertinya penyihir memang curiga dengan keadaan Hutan Sanctus yang mendadak memiliki banyak dedaunan.
Seperti yang kukatakan, aku akan mengatakan tentang kekuatanku. Tetapi, aku juga ingin mengetahui alasan para penyihir menyembunyikan tentang itu.
"Saya tidak tahu dengan 'keadaan' yang Anda maksud. Tetapi, di mata saya, Hutan Sanctus sangat indah. Cahayanya begitu kuat dan hangat. Pepohonannya juga rindang." Aku terdiam sejenak, lalu melunturkan senyumku. "Padahal, sebelumnya, saya mendengar, bahwa Hutan Sanctus tak lagi memiliki daun. Selain itu, saya juga mendengar, bahwa daun Hutan Sanctus dihargai 1500 ripa."
Ha! Ha!
Ekspresi wajah Roulette langsung berubah. Aku tak tahu bagaimana arti dari ekspresi itu. Tetapi, aku bisa merasakan bahwa ia 'kalah'.
"Benar," kata Roulette. "Rumor itu benar."
"Hm?"
"Kami, para penyihir, menghargai satu daun dari hutan suci," jawab Roulette. "Tentang perampok, pihak istana juga tidak melakukan sesuatu."
Wah, wah. Jadi dia ingin menjelaskannya padaku, ya? Bagus! Aku suka orang ini! "Kenapa?"
"Karena daun di Hutan Sanctus, sudah lama habis tak bersisa."
"Sudah lama?" Aku membelalakkkan mata. Jadi, sudah lama Hutan Sanctus dalam kondisi seperti itu? Lalu, bukannya jujur mengatakan pada publik, pihak istana malah merahasiakannya?
Ah, ini gila! Mereka pasti takut untuk mengatakannya, karena rakyat bisa saja mengejek pihak istana sangatlah tidak berguna karena tak dapat melakukan apa pun. Ini berarti penyihir juga tak bisa menumbuhkan kembali daun-daun di sana.
"Hutan Sanctus membutuhkan waktu yang sangat lama untuk tumbuh. Dan manusia sangatlah egois," lanjut Roulette. "Para bangsawan bisa menggunakan uang mereka untuk membeli daun-daun di sana dan memanfaatkannya untuk hal yang salah. Karena itu, kami membiarkan para perampok berkeliaran, untuk menghalangi suruhan para bangsawan datang ke Hutan Sanctus."
KAMU SEDANG MEMBACA
[TGJ #1] The Tale About Pink Haired Villainess
Fantasia[A Book About Journey] Reinkarnasi? Ah, aku sudah banyak membaca cerita tentang itu di kehidupan sebelumnya. Tapi, siapa sangka aku benar akan mengalaminya? Di dunia yang baru ini, aku hanya akan melakukan apa pun yang kuinginkan! Itulah tekadku. T...