• 26 : Gunung

100 19 0
                                    

TIDAAAAAK!

Aku sudah memikirkannya beberapa hari ini! Sisi jahat dan baik diriku muncul bergantian, membuatku merasa muak! Diriku yang labil ini seolah ditarik untuk masuk ke dalam dunia penuh kejahatan!

Jika aku memang benar akan mati jika terus menyerap sihir hitam, itu tak masalah! Aku akan tetap menyerap sihir hitam dan menyelamatkan seseorang! Ya! Hanya dengan itu, aku bisa merasa bahagia!

Aku ingin melakukan hal yang kubisa di dunia ini. Karena itu, aku akan terus berusaha membuat orang lain senang dengan keberadaanku.

Suatu saat aku mati. Jadi, aku memilih kematian yang membuat orang lain bersedih. Aku bukan tipe orang yang suka dilupakan. Jadi, aku ingin orang-orang terus mengingat keberadaanku ini!

"Nona kecil, apa yang kau lakukan?"

Aku menoleh ke belakang, menemukan Chaiden sedang berdiri di samping seekor kuda dengan armor khas ksatria elit. "Oho, Sir Chaiden," kataku jahil sambil mendekat padanya. "Apa kita akan berangkat sekarang?"

"Iya," jawab Chaiden sambil tertawa. "Kau akan menaiki kuda bersama siapa sekarang?"

"Hm .... Kekuatan sucimu sudah penuh, jadi aku akan menaiki kuda dengan Sir Duke Edson," jawabku melirik seorang pria tampan yang sedang berbicara dengan Aresy. Sepertinya Aresy sedang memberikan sederet penjelasan tentang aku yang tak pernah naik kuda, yang canggung, dan yang sering kali melamun.

Ehem! Biar kujelaskan situasi sekarang.

Aku telah selesai mengisi kekuatan suci para penyihir agung di menara sihir dengan menyerap sihir hitam orang-orang gila di ibu kota. Sekarang, saatnya aku mengisi kekuatan para ksatria elit. Sayangnya, keberadaan orang gila di ibu kota sudah sangat jarang.

Di saat yang sama, para ksatria kerajaan mendapat tugas untuk pergi merebut kembali salah satu kota pinggiran yang memiliki banyak sumber daya. Kudengar, kota itu sempat dijajah oleh kerajaan sebelah. Raja baru memutuskan untuk mengambilnya lagi sekarang, karena mendengar bahwa ksatria dari kerajaan sebelah sedang mengalami kondisi sulit. Singkatnya, mengambil celah.

Kota yang penuh sumber daya, berarti ada banyak pegunungan dan hutan yang harus didaki. Menurut Roulette, ada berbagai macam monster yang bersembunyi di hutan dan pegunungan. Monster-monster yang cukup kuat karena memang sudah lama berkeliaran di sana. Dan artinya, energi sihir hitam mereka juga cukup besar.

Yap, aku diminta untuk ikut. Meski menawarkan dengan penuh keramahan, aku tahu, aku tak bisa menolak. Beberapa bangsawan pernah datang menemuiku, mereka mencuri waktu untuk berada cukup lama denganku. Agar kekuatan suci yang keluar dari tubuhku bisa memenuhi mereka.

Aku memang merasa sakit hati karena mereka mendekat hanya untuk kekuatan ini. Tetapi, aku tak terlalu ingin memikirkannya lagi. Karena tak ada gunanya juga jika aku memikirkan itu. Meski ... rasa sakitnya akan tetap ada.

Saat ini, aku sedang berada di antara para ksatria dan penyihir yang siap berperang. Aresy tak ikut denganku, ia meminta ijin untuk pergi menemui gurunya, demi meningkatkan kemampuan berpedangnya.

Chaiden bilang akan butuh waktu sekitar sebulan untuk pulang dan pergi, jika perang berakhir dengan cepat. Tetapi, juga bisa memakan waktu dua bulan.

Yah, bisa-bisa aku kembali saat musim dingin sudah tiba. Aku sudah mengirim surat untuk keluargaku kemarin, juga mengatakan tentang apa yang akan kulakukan setelahnya. Tetapi, selama di sini, aku sama sekali tidak pernah datang menemui Mista. Dia juga tak pernah datang menemuiku.

"Kau memikirkan apa lagi?" tanya Chaiden tiba-tiba.

"Bukan hal yang penting," jawabku sambil mengangkat bahu. "Daripada itu, kau terlihat sudah berpengalaman. Padahal baru beberapa bulan."

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang