"Rumah."
"Yah, kurasa rumah."
"Di tempat yang jauh dari sini tentunya."
"Dan cukup untuk kami berlima."
Aku melipat tanganku mendengar itu. Uang yang kubawa mungkin cukup untuk membeli rumah, tapi hanya rumah yang sangat kecil dan mungkin tidak cukup untuk mereka. Lalu, 'jauh dari sini' ... rasanya agak mustahil. Memangnya mereka bisa tinggal di dalam hutan hanya berlima?
Meski berusaha disembunyikan, aku bisa melihat pantulan penuh harap mereka.
Tinggal di rumah reyot yang kosong melompong ini pasti membuat mereka menginginkan rumah yang sebenarnya. Belum lagi, aku bisa melihat luka-luka lebam di tubuh mereka. Kurasa, mereka harus berkelahi jika ingin mendapatkan makanan. Anak-anak ini pasti mengharapkan kehidupan yang layak.
"Kenapa harus jauh dari sini?" tanyaku.
"Kami tak ingin berada di kota ini lagi dan kami membenci orang-orang di sini."
Benci, ya ....
"Baiklah, aku mengerti," kataku sambil mengangguk. "Aku akan memikirkannya dan kembali lagi. Lalu, ini," Aku mengambil dua koin emas dari kantung uangku. "untuk kalian. Manfaatkan dengan baik sampai aku kembali nanti."
"Terima kasih!"
Aku mengukir senyum. "Ya, sama-sama."
Setelah itu, aku dan Tuan kembali berteleportasi ke dalam hutan. Aku tak tahu apa anak-anak itu sudah mendengar rumor 'kematian'-ku atau tidak. Mereka tak terlihat terkejut saat melihatku muncul, malahan aku merasa mereka mengubah sifat karena tidak lagi memandangku sinis. Aku tak tahu alasannya, tapi itu bagus.
"Tuan, apa kau tahu daerah tanah yang subur?" tanyaku.
"Ya. Aku tahu beberapa tempat seperti itu," jawabnya. "Kau ingin membawa mereka ke sana?"
"Iya. Tapi sayangnya, aku tak punya uang untuk membeli rumah yang cukup untuk mereka. Jika aku masih menjadi 'Mayo Griss' mungkin aku bisa melakukannya. Hanya saja, nama 'Griss'-ku sudah menghilang." Aku mengembuskan napas. "Aku sudah terlanjur berjanji ...."
"Kenapa kau tidak membuatnya?"
"Tidak bisa. Aku tak punya kemampuan seperti itu."
"Aku bisa melakukannya."
Aku berhenti melangkah, terperangah padanya. "Eh? Sungguh?"
"Iya. Itu bukan hal yang sulit," jawab Tuan. "Buat saja modelnya, aku bisa membangunnya dalam semalam."
"KEREN!" seruku senang lalu menepi ke bawah pohon.
Musim salju sudah hampir berakhir. Cuaca sudah mulai menghangat ditambah dengan matahari bersinar cukup terang. Tumpukan salju di hutan pun sudah mulai mencair. Meski ... rasanya tetap dingin.
Aku bersandar pada batang pohon, lalu mengambil buku jurnal dari dalam tas. Masih cukup banyak kertas yang tersisa, jadi aku menyobek selembar di paling belakang.
Di kehidupanku sebelumnya, aku tak terlalu tertarik pada arsitektur. Tapi aku cukup percaya diri dalam bidang seni. Meski tak bisa unggul dalam bidang tersebut, setidaknya aku mengerti dasar dan praktek dalam tingkat wajar.
Baiklah! Saatnya membuat desin rumah yang cocok untuk mereka!
~•~
"Jadi, kau membuat rumah dari batang pohon?"
Aku yang duduk di atas batu sambil menopang dagu, mengangguk pada pertanyaan Gail. "Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[TGJ #1] The Tale About Pink Haired Villainess
Fantasy[A Book About Journey] Reinkarnasi? Ah, aku sudah banyak membaca cerita tentang itu di kehidupan sebelumnya. Tapi, siapa sangka aku benar akan mengalaminya? Di dunia yang baru ini, aku hanya akan melakukan apa pun yang kuinginkan! Itulah tekadku. T...