"Aku merasa dipermainkan."
Kalimat yang keluar dari bibir gadis itu membuat pria berjas putih di sampingnya menoleh. "Apa?"
"Kehidupan ini." Di atas ranjang, gadis itu bergerak sedikit. Ada infus yang melekat di tubuhnya. "Sebenarnya, untuk apa aku hidup? Apa aku hidup untuk menderita? Hidup berkali-kali dengan ingatan kehidupan masa lalu? Apa aku harus menyaksikan kematian semua orang berkali-kali?"
Tak ada lagi cahaya di mata gadis itu.
Sebuah cahaya yang seharusnya ada. Cahaya yang menunjukkan semangat hidup. Tak ada lagi kobaran api kehidupan di dalam dirinya.
Setelah puluhan kehidupan yang dilalui gadis itu, setelah puluhan nama didapatkannya, setelah puluhan kali ia menghadapi masa kelam, setelah puluhan kali ia menderita karena kematian, ia tak lagi bisa menjaga kobaran api itu.
"Aku di sini untukmu, Mayo."
"Bahkan ini pun sudah tak lagi terasa nyata." Mayo mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar jendela pada sang dokter. "Tuan, kehidupan ini tak lagi terasa nyata. Reinkarnasi berkali-kali? Itu konyol sekali."
Ace merapatkan bibirnya sesaat. Ia meletakkan papan dada berisi informasi kesehatan Mayo di atas meja, lalu mendekati gadis itu. "Tapi, aku di sini bersamamu."
Alis Mayo tertaut, sementara sebuah senyum terbentuk di wajahnya. "Ini mustahil. Ini konyol. Ini tidak masuk akal. Keberadaanmu tak lagi terasa nyata untukku. Apa ... selama ini aku hidup dalam ilusi, Tuan?"
Yang menjawab pertanyaan Mayo hanyalah keheningan.
Tak ada yang bisa Ace berikan sebagai jawaban. Ia hanya dapat menyentuh tangan Mayo, mengusapnya pelan dan berharap itu bisa memberikannya kekuatan.
"Sepertinya, ini adalah hukuman untukku," ujar Mayo. "Aku telah banyak membunuh sebagai Mayo. Aku telah banyak menghancurkan. Memang, itu untuk masa depan dunia. Tapi ... aku memusnahkan banyak nyawa."
"Apa ... kau menyesal?"
"Ya." Mayo terkekeh. "Aku ... menyesali apa yang telah kulakukan. Apa ... aku bisa kembali?"
Kini tangan Ace ganti mengusap pipi Mayo. "Kau ingin kembali?"
"Aku ingin kembali."
Perlahan-lahan, mata Mayo berkaca-kaca. Semua ingatannya sebagai Mayo terus mengalir, menghantuinya seperti mimpi buruk.
Namun ....
"Kehidupanku sudah cukup bahagia." Mayo mengangkat tangannya, meremas jas Ace. "Sebagai Tiya, aku sudah bahagia dengan memiliki Carla. Sebagai Mayo, aku sudah bahagia memiliki kau, Aresy, Yohan, Temian, dan semua orang. Aku ... sudah cukup bahagia. Apa aku tak bisa menyudahi ini? Aku menyesal. Sangat. Aku ... ingin kembali menjalani hidup normal ...."
Gadis itu sudah kelelahan. Tubuh kecilnya sudah menahan banyak hal. Ia bahkan tak bisa menginjak umur di atas delapan belas tahun. Perasaan lemahnya sudah tak mampu lagi. Terakhir kali, Mayo bahkan membunuh dirinya sendiri karena Yohan dan Aresy meledak di depan matanya karena bom.
Mayo ingin menyerah.
Ia ingin menyerahkan semuanya.
Kehidupannya ini ....
Mayo ingin berhenti berjuang sendirian.
"Aku ... ingin kembali ...." Mayo terisak. "Kau yang berada di sini bahkan tak lagi terasa sama! Rasanya ... tidak nyata. Semuanya terasa tidak nyata!"
"Ini kenyataan." Ace menggenggam tangan Mayo. "Semuanya benar kau alami. Pertarunganmu. Kehidupanmu."
"Tapi kau ...." Perasaan Mayo seperti teriris. "Kau tidak nyata, Tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[TGJ #1] The Tale About Pink Haired Villainess
Fantasy[A Book About Journey] Reinkarnasi? Ah, aku sudah banyak membaca cerita tentang itu di kehidupan sebelumnya. Tapi, siapa sangka aku benar akan mengalaminya? Di dunia yang baru ini, aku hanya akan melakukan apa pun yang kuinginkan! Itulah tekadku. T...