"Kubunuh kalian .... Kubunuh kalian semua .... MATI KALIAN!"
Aku merapatkan bibirku. Di depanku, Loton sudah bersiap untuk bertarung. Begitu juga dengan Aresy yang mengulurkan tangan kirinya ke depanku dari samping. "Sebaiknya kita pergi dari sini, Nona," katanya.
"Apa yang terjadi?" tanyaku yang masih belum bisa melihat keadaan di depan, lantaran Loton menutupi dengan tubuh besarnya.
"Sihir hitam. Sepertinya, ia terkena sihir hitam," ujar Aresy berbisik pelan di sampingku. Matanya menyipit tajam. "Ini berbahaya, Nona."
Kericuhan di depan sana semakin membuatku ingin melihat. Aku menyentuh tangan Aresy, mengatakan secara tersirat 'aku akan baik-baik saja'. Setelah dia melepaskan tangannya, aku berdiri di samping Loton.
Aku menggigit bibirku sendiri, melihat seseorang yang menggila di kafe depan. Kaca-kaca kafe sudah pecah, ada beberapa orang dengan darah di tubuhnya berusaha untuk pergi. Sementara orang itu masih terus menghancurkan kafe sambil menggumamkan sesuatu.
Di mataku, ia hanya terlihat seperti manusia biasa yang melakukan kegilangaannya. Tetapi, aku tahu, di mata mereka yang bisa mengendalikan kekuatan suci dan menggunakan sihir, orang itu akan terlihat seperti terselimuti oleh asap hitam.
"Nona, kita menyingkir dari sini," ujar Loton.
"Kapan penyihir akan datang?" tanyaku sambil berjalan menjauh.
"Saya tidak yakin. Tak ada penyihir yang saya temukan tadi. Jadi, mungkin akan memakan waktu," jawab Loton. "Belum lagi, mereka harus melaporkannya dulu. Polisi akan mengurusnya."
"Aku masih ingin melihatnya ...."
Aresy membelalakkan matanya di depanku. "Nona, orang yang ditempeli sihir hitam itu berbahaya! Mereka akan bisa menggunakan sihir jika tidak segera ditangani."
"Tapi, aku ingin melihatnya!" balasku. "Di kota sebelumnya, kalian bahkan tidak mengijinkanku untuk turun dari kereta kuda!"
Ya, di beberapa kota sebelumnya, kami juga bertemu dengan orang yang terkena sihir hitam. Tetapi, Yohan malah mencari jalan lain dan Aresy memelototiku agar tidak turun.
Alhasil, aku tidak tahu bagaimana kondisinya.
"Karena itu berbahaya!"
"... aku tahu." Aku menarik napas panjang. "Tapi, ada yang harus kupastikan." Padahal, aku benar-benar hanya ingin melihatnya saja.
Lalu dari kanan, terdengar derap langkah mendekat. Dengan napas tersenggal-senggal, Yohan berdiri di dekat kami.
"Apa yang terjadi?"
"Ada seseorang yang terkena sihir hitam," jawab Loton. Dia hanyalah pengawal, bukan ksatria. Jadi, Loton tak bisa melakukan sesuatu pada orang tersebut.
"Apa? Bukannya itu gawat!" Yohan menoleh padaku. "Nona, ayo cepat pergi dari sini!"
ARGHHH. "Tidak, tidak, tidak, dan tidak!" bentakku kesal. "Yohan, bawa Aresy pergi ke kereta kuda. Lalu, Loton, kau ikut denganku! Jika sesuatu yang berbahaya terjadi, aku akan berlari ke kereta kuda dan kita pergi dari sini! Mengerti?"
"Non—"
"Mengerti?" tanyaku lagi, mengeraskan suara.
Mereka terlihat cemas, sebelum akhirnya mengangguk. Aku pun berbalik dan kembali ke area tersebut. Tentu saja, aku tak berniat mendekat. Jadi, aku hanya berdiri di mulut gang sambil mengamatinya. Aku bersedekap, lalu menyandarkan bahuku pada dinding rumah di samping.
"Butuh berapa lama hingga mereka bisa menggunakan sihir?" tanyaku masih memperhatikan orang tersebut. Kini, dia sedang memukul-mukulkan kursi ke lantai, semakin menghancurkannya. Beberapa orang berdiri di samping kafe, mengamati dengan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TGJ #1] The Tale About Pink Haired Villainess
Fantasy[A Book About Journey] Reinkarnasi? Ah, aku sudah banyak membaca cerita tentang itu di kehidupan sebelumnya. Tapi, siapa sangka aku benar akan mengalaminya? Di dunia yang baru ini, aku hanya akan melakukan apa pun yang kuinginkan! Itulah tekadku. T...