• 9 : Debut

175 33 0
                                    

Karena pesta debut diadakan di ibu kota, dua hari yang lalu, aku dan Aresy sudah berangkat lebih dulu. Kami berdua menginap di salah satu penginapan mewah. Papa dan Mama baru akan berangkat di hari ini, hari pesta debut diadakan.

Sejak pagi, Aresy sudah sibuk mempersiapkan banyak hal. Ada beberapa pelayan penginapan yang membantu, namun kebanyakan tetap dikerjaan oleh Aresy. Saat aku akan memprotes tentang cairan harum yang dituang pada bak mandi, Aresy lebih dulu memelototiku. Setelah itu, aku memutuskan untuk diam.

Aresy hanya memberikan sarapan untukku. Aku takut akan sakit perut jika makan siang juga. Setiap kali merasa gugup, aku selalu begitu.

Lalu tanpa sadar, langit oranye yang hangat mulai menyambut.

"Selesai!" seru Aresy senang.

Aku mengerjap-ngerjap, menatap diriku di pantulan cermin. Rambut merah mudaku tampak lebih lembut, bergelombang dan mengeluarkan aroma yang wangi. Polesan make up yang dilakukan Aresy tampak sangat natural, seperti kuminta padanya. Gaun panjang berwarna pink berenda putih dengan pita merah di belakangnya melekat di tubuhku, lengannya sepanjang siku, juga persis dengan yang kuinginkan. Rambutku yang dibiarkan tegerai hanya diberi bando pita berwarna putih.

Aku memang tidak secantik saudara-saudaraku. Tapi, melihat diriku sendiri, aku seperti melihat seorang putri.

"Masih ada waktu sampai Chaiden menjemput Nona. Apa Anda ingin minum teh dulu?" tanya Aresy.

"Ah, tidak perlu. Aku akan menenangkan diriku," balasku.

"Baik, saya mengerti."

Aku lalu membalikkan badan menatapnya. "Aresy, terima kasih."

Aresy terdiam menatapku. Tiba-tiba saja cairan bening menumpuk di matanya. "Saya .... Saya ingin memeluk Nona. Tapi saya tak ingin menghancurkan mahakarya saya! Nona sangat cantik sekali! Sangat-sangat cantik sampai membuat saya ingin mengenalkan Nona ke seluruh dunia!"

"Kau berlebihan," balasku sambil tertawa kecil.

"Tidak! Saya bersungguh-sungguh!" seru Aresy masih sangat bersemangat. "Chaiden pasti juga akan mengatakan kalau Nona sangat cantik!"

... uh .... "Kenapa kau malah mengungkitnya?"

"Karena Nona menginginkannya, kan?"

"Tidak. Aku sudah senang jika hanya kau yang menganggapku cantik."

Sebaiknya, aku tidak berharap lebih.

Aresy mengembuskan napas panjang. "Nona, Anda harus lebih percaya diri. Dan untuk kali ini, Anda harus percaya pada saya! Chaiden pasti akan mengatakan Anda sangat cantik."

.

.

.

"Kau cantik."

... hah?

"Pfft—"

ARESY, KAU MENYEBALKAN!

Aku menoleh cepat pada pelayan kesayanganku yang berdiri di dekat pintu masuk penginapan sambil menahan tawa. Kerlingan matanya seperti mengatakan, Saya benar, kan.

"Ah, kau juga memakai gelang dariku."

Kepalaku kembali menghadap ke depan. "Eh? Yah .... Itu karena gelangnya cocok."

Chaiden tersenyum lebar. "Tapi apa tidak masalah memakainya? Itu bukan gelang yang mewah."

"Tak apa. Tak akan ada yang memperhatikannya juga," jawabku.

"Hm, baiklah kalau kau berkata begitu." Chaiden mengulurkan tangannya padaku. "Ayo, berangkat, Nona kecil."

Tak masalah bagiku jika hanya dianggap sebagai adik.

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang