Aku mengembuskan napas pelan, menatap pantulan wajahku di cermin. Penampilanku sama dengan tadi pagi saat bertemu Noir. Rambut lurus berwarna hitam sebahu dengan sepasang mata hijau.
Meski warna matanya berbeda, ini membuatku teringat penampilanku yang sebelumnya.
... yah, setidaknya aku tidak sekurus dulu.
Aku sudah membeli gaun yang pantas untuk rakyat jelata. Gaun kuning sederhana tanpa renda dengan panjang selutut. Kerahnya sedikit tinggi, menutupi leherku dengan pita di depannya. Lalu lengan panjang yang agak mengembang di bagian bawah.
Selain karena mudah dipakai, aku tertarik dengan desainnya yang sederhana. Tak ada Aresy, jadi tentu saja aku harus mempersiapkan diriku sendiri.
Sekarang, aku sudah selesai mandi dan berpakaian. Aku menyisir rambutku dan mengikatnya sedikit dengan pita berwarna kuning terang. Tak lupa aku memakai stocking putih.
Dan selesai!
Yap. Ini masih terlihat wajar. Baju para bangsawan jauh lebih mewah dan megah dibanding ini.
Setelah memoles wajahku dengan bedak yang kubeli dan memberikan sedikit lipstick di bibirku, aku sudah benar-benar menyelesaikan ini!
Aku pun keluar dari penginapan. Noir bilang, dia akan menungguku di restoran yang tadi satu jam sebelum pesta dimulai. Dia akan menunggu di sana selama setengah jam dan jika aku tidak datang, Noir akan pergi.
Masih ada sisa waktu cukup lama. Untung saja aku menyewa kamar di penginapan yang berada cukup dekat dengan restoran tersebut. Aku memakai flatshoes kuning polos, agar lebih memudahkanku dalam bergerak.
Sepanjang jalan, Tuan dan Gail mengikutiku dari atas atap. Dari bawah sini, aku hanya bisa melihat siluet mereka saja.
Begitu sampai di restoran tersebut, aku sudah terperangah dengan kereta kuda di sana. Meski hanya berwarna cokelat dan tidak terlihat mewah, tetap saja itu membuatku terkejut. Kenapa dia sampai menggunakan kereta kuda hanya untuk menjemput seorang rakyat jelata?
Seorang pria bersandar di pintu kereta kuda. Ia sedang asik bercengkrama dengan kusirnya. Memakai setelan jas yang terlihat mewah dan berkilau, serta beberapa pernak-pernik khas ksatria, Noir menoleh padaku. Rambutnya berwarna biru muda, terlihat semakin mencolok di tengah kegelapan ini, serta matanya yang juga sama terangnya.
... wah. Dia jelas bukan ksatria biasa!
"Hei," sapanya sambil berjalan mendekat. "Kau benar-benar datang."
"Iya. Tiba-tiba saja aku tertarik," jawabku sambil mengulas senyum. "Jadi, apa kau benar-benar hanya seorang ksatria biasa?"
Noir menipiskan bibirnya, lalu menghela napas sambil menunduk. "Maaf. Aku akan menjelaskan itu nanti."
"Baiklah."
.
.
.
Kurasa pesta besar di mana pun tidaklah berbeda. Makanan yang berjajar, semua bangsawan berkumpul, para pelayan yang berkeliaran, serta suara obrolan yang memenuhi aula istana.
Yap, istana. Aku tak menyangka akan menginjakkan kaki di istana Etsaia. Meski bukan istana utama keluarga kerajaan, ini tetap bagian dari lokasi penting Kerajaan Etsaia.
Hebat.
Jika aku menghancurkan tempat ini, pasti akan seru.
"Kau ingin makan sesuatu?" tanya Noir.
"Ya. Tapi akan lebih baik jika aku mengambilnya sendiri," jawabku pelan. "Seorang ksatria tak seharusnya bersikap baik pada rakyat jelata."
Noir tertawa renyah. "Ayolah, kau bisa tenang. Penampilanmu sama sekali tak terlihat seperti rakyat biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
[TGJ #1] The Tale About Pink Haired Villainess
Fantasy[A Book About Journey] Reinkarnasi? Ah, aku sudah banyak membaca cerita tentang itu di kehidupan sebelumnya. Tapi, siapa sangka aku benar akan mengalaminya? Di dunia yang baru ini, aku hanya akan melakukan apa pun yang kuinginkan! Itulah tekadku. T...