• 83 : Sesuatu yang Penting

25 9 2
                                    

"Jadi, kau ingin aku menyanyikan ini?"

Laki-laki itu mengangguk. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Vetta dan memintaku untuk menyanyikan sebuah lirik yang dituliskannya pada kertas.

"Kenapa kau tidak menyanyikannya sendiri?" tanyaku sambil memegang kertas itu.

"Suaraku tidak begitu bagus. Aku juga tak bisa bernyanyi saat memainkan alat musiknya," jawab Vetta.

"Alat musik?"

"Ah, bukan alat musik yang sebenarnya," ujar Vetta. "Itu hanya botol-botol yang diisi air."

Yah, selama bisa menghasilkan bunyi, itu masih bisa disebut alat musik. "Lalu kenapa kau memintaku?"

"Aku sudah meminta pada banyak orang. Tapi karena aku berasal dari 'area gelap' tak ada yang mau mendengarkan permintaanku ...."

Kasihan sekali.

Hmm, aku juga sudah lama tidak bernyanyi. "Aku tak menjamin suaraku bagus. Tapi, aku bisa menyanyikan ini untukmu. Tunjukkan bagaimana nadanya."

Vetta tersenyum lebar. "Ah, baik! Alat musiknya ada di rumahku. Aku akan segera membawanya."

"Tidak perlu. Itu merepotkan. Aku akan ke sana."

.

.

.

Aku sudah menyadarinya dari awal membaca lirik. Tapi semakin lama, aku semakin geli membacanya. Ini terlalu blak-blakan. Dulu aku tak pernah menyukai lagu dari negaraku sendiri karena liriknya terlalu mudah dipahami. Jadi, aku menyukai lagu dengan bahasa yang jarang dipahami orang lain. Sehingga, tak akan ada yang tahu apa yang sebenarnya kunyanyikan.

Tapi sekarang ... aku malah menyanyikan lagu yang liriknya sangat menggelikan.

Apa-apaan ini? 'Menunggumu di sini'? Kedatangan musim semi? Dan ... kebahagiaan?

Semuanya membuatku ingin tertawa.

"Aku tak mengerti 'cinta'," celutuk Illya nyaris membuatku tersedak.

Itu kata yang tak pernah kudengar sebelumnya. Ya—Yah, tentu saja aku pernah mendengar itu. Tapi tak pernah ada orang yang mengucapkan itu di sekitarku. Aku tak pernah melihat orang-orang yang saling menyatakan perasaan, jadi kata seperti itu sangatlah asing di telingaku. Tentu saja, tak ada orang yang mengatakan itu padaku juga~

"Apa kau penasaran?" tanyaku sambil tersenyum miring.

"Ya ...."

Aku tertawa kecil, lalu menoleh pada Vetta. "Kalau kau, memangnya mengerti apa itu 'cinta'?"

Vetta menggeleng dengan wajah polos. "Bukan aku yang membuat lirik itu. Jadi, aku tak mengerti hampir semua yang ditulis di sana."

Anak-anak ini begitu polos dan menggemaskan!

"Yah, aku sendiri tak tahu apa itu 'cinta'," kataku. "Tapi yang aku tahu, cinta adalah suatu hal penting."

Dan sekarang aku malah memberikan sederet kalimat tentang cinta. Menggelikan.

"Penting?"

"Ya, penting. Cinta itu bukan hanya antar lawan jenis, kalian tahu?" Aku tertawa kecil. "Pada hewan, benda, makanan, orang tua, saudara, atau yang lainnya. Kau menyukai hal itu dan ingin menjaganya baik-baik, kurasa itu yang bisa disebut cinta. Yah, aku menyamakan cinta dengan kasih sayang. Hanya saja bedanya, kalau cinta pada manusia, kau ... seolah ingin memiliki orang itu, menjaganya, dan ingin terus ada di sampingnya."

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang