After Ending 2

68 15 5
                                    

Temian masih belum meninggalkan peti Mayo. Ya, peti. Ini dibuat atas dasar permintaan keras Temian. Karena awalnya, mereka tak ingin membuatkan peti untuk sang penjahat.

Mata gadis berambut cokelat itu memerah dan sedikit bengkak. Ada rona hitam di bawah matanya, akibat dari tak tidur sejak berhasil mengalahkan Raja Iblis.

Setelah Temian membawa Mayo ke kerajaan, ia menyempatkan diri mengantar Illya ke rumah Rigel sebelum akhirnya datang ke menara sihir. Ia memaksa Ernest dan Roulette membuat peti untuk Mayo. Untung saja, peti selesai dengan cepat. Setelah meletakkan Mayo di sana, Temian tak pernah meninggalkannya.

Sepanjang waktu hingga jam eksekusi beberapa menit lagi, Temian tetap duduk di samping peti, memandangi buku yang diberikan Ace.

"Temian."

Menyadari siapa pemilik suara tersebut, Temian langsung menutup bukunya. Namun, saat ia akan berdiri, suara berwibawa itu kembali terdengar.

"Tak apa. Kau bisa duduk. Aku tahu, kau pasti sangat kelelahan."

Temian mengepalkan tangannya. "Terima kasih, Yang Mulia."

Sang Raja berjalan mendekat. Rambut pirang keputihannya ikut bergerak setiap langkah. Ia berdiri di samping Temian, menatap Mayo.

"Terima kasih atas usaha kerasmu selama ini, Temian," katanya.

"Seharusnya Anda mengatakan itu juga pada Mayo, Yang Mulia," balas Temian.

Raja mengukir senyum tipis. "Aku mendengar semuanya dari Hyde dan Ernest. Apa ... itu benar? Mayo sengaja melakukannya?"

"Iya, itu benar," jawab Temian.

"Apa kau keberatan dia dibakar?"

Temian terdiam sejenak. "Saya tahu ... Anda masih menganggap Mayo sebagai penjahat, begitu juga dengan seluruh rakyat. Dan, ya, tindakan Mayo memang bukan sesuatu yang bisa dibenarkan."

Raja masih menutup mulutnya, tak memberikan balasan. Ia mendengarkan semua perkataan yang coba disampaikan Temian.

"Mayo pun ... tahu itu. Ia bukan orang yang ingin dihormati. Malahan, Mayo tak peduli dengan kehormatan seperti itu. Kematian apa pun, ia ... menerimanya. Dan ini adalah pilihannya sendiri," lanjut Temian. "Dia tak akan marah jika dibakar, saya pun juga begitu. Hanya saja, saya tak ingin Mayo dibakar sebagai penjahat."

Mayo tak benar-benar layak disebut penjahat saat ia berusaha keras membuat dua kerajaan bekerja sama dan membuka jalan bagi Celestia untuk menyelamatkan dunia.

"Saya harap, Anda tidak menyebutnya seperti itu saat eksekusi nanti. Tak masalah jika rakyat masih berpikir Mayo adalah seorang penjahat. Namun, jangan sebutkan hal itu."

"Aku mengerti," balas Raja. "Baiklah, aku akan menyanggupinya."

"Lalu ... saya harap, Anda tak mengusik anak-anak Rigel. Dan tak mengijinkan siapapun untuk mengganggu mereka."

Raja melirik pada Temian yang duduk membelakanginya. "Rigel? Siapa mereka?"

"Anak-anak yang menyandang nama Rigel, nama pemberian Mayo. Mereka adalah anak-anak dari area gelap yang sudah membantunya, lalu satu anak lagi bekas Raja Iblis. Berenam, mereka tinggal di sebuah rumah di tengah hutan dan saya mungkin juga akan sering pergi ke sana nanti. Mereka sama sekali tak akan mengancam kerajaan. Jadi, saya mohon, Anda juga jangan mencampuri kehidupan mereka," jelas Temian.

"Baiklah." Raja tak habis pikir apa saja yang telah dilakukan oleh Mayo.

"Terima kasih," ujar Temian. "Saya yakin, Mayo juga akan berterima kasih karena hal ini."

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang