• 43 : Sakit

67 17 2
                                    

"BENER-BENER NGREPOTIN! Uang habis buat perobatannya, bukan buat biaya kuliah! Kenapa, sih, dia sakit-sakitan?"

Aku harus bangun jika tak ingin mendapatkan kalimat itu lagi. Tetapi, seluruh tubuhku seperti ditusuk jarum. Kepalaku berdenyut dan napasku memberat. Aku bahkan tak bisa membuka mataku.

"Apa Nona Griss juga pernah seperti ini?"

Suara laki-laki yang berat. Apa itu dokter? Atau malah penyihir? Ah, tapi menurutku, penyihir tak akan bertanya seperti itu dan langsung menyembuhkan.

"Iya, saat masih kecil. Biasanya setiap musim dingin, tubuh Nona selalu panas tinggi. Tetapi, sejak remaja Nona cukup jarang jatuh sakit."

Itu suara Aresy. Dan ... aku tak ingat pernah sakit saat musim dingin.

"Saat itu terjadi, apa Nona Griss juga dibawa ke dokter?"

"Ah, itu .... Dokter memang mengeceknya, tapi Nona tak pernah minum obat yang diberikan."

Eh?

"Alasannya?" tanya sang dokter.

"Saat sakit, Nona selalu tertidur lama. Begitu bangun, Nona tak akan ingat pernah sakit."

Wah .... Memangnya aku pernah begitu, ya? Aku benar-benar tak ingat apa pun. Papa dan Mama juga tidak mengatakan apa pun tentang kondisiku. Hmm, atau aku yang melupakannya?

"Saat kecil, apa Nona Griss punya banyak kegiatan?"

"Tidak. Malahan Nona jarang keluar rumah. Setiap musim dingin pun memilih diam di depan perapian."

"Baiklah, saya mengerti."

Terdengar suara benda yang digeser. Sepertinya itu adalah kursi.

"Bagaimana keadaan Nona? Apa Nona akan baik-baik saja?"

"Iya. Panasnya memang tinggi, tapi tidak separah itu. Ini adalah efek dari kelelahan, tubuhnya masih tidak bisa beradaptasi dengan kegiatannya belakangan ini. Selain itu, Nona Griss sejak awal rentan dengan musim dingin, sehingga langsung jatuh sakit," jelas sang dokter. "Saya akan memberikan obat yang harus diminum secara rutin. Sebaiknya, Nona Griss mengurangi kegiatannya dan mulai beristirahat panjang. Lalu, akan bagus jika Nona Griss juga tidur dengan cukup."

Ah .... Aku berakhir merepotkan orang lain lagi. Saat ini, aku merasa tak bisa bangun. Jadi, kupikir sebaiknya aku tidur saja. Tetapi, aku sama sekali tak bisa tidur.

Aku benci sakit.

Akan bagus jika aku tertidur selamanya.

Dipikir-pikir apa yang terjadi sekarang, ya? Apa Tuan sudah berhasil menemukan Yohan? Yang membawaku kemari pasti Tuan, kan? Jika Yohan sudah meninggal, apa aku harus melaporkan ini pada pihak kerajaan? Mereka pasti akan melakukan sesuatu ... mungkin.

Namun, saat ini pasti pihak kerajaan pasti dipusingkan dengan kemunculan sang tokoh utama. Apa mereka masih mengingat keberadaanku, ya? Aku langsung meninggalkan hutan setelah gadis itu muncul. Tak ada yang bertanya dan mengucapkan selamat tinggal juga. Seingatku, tak ada juga yang melihatku.

Haaah ....

Aku tidak tahu lagi. Kepalaku terlalu sakit untuk berpikir.

"Kalau begitu, saya akan mengantar Anda keluar. Cian, tolong jaga Nona Mayo sebentar."

Eh? Cian? Siapa?

"Baik."

Suaranya ....

Aku perlahan membuka mataku, menemukan sosok laki-laki berdiri di samping pintu. Ia langsung mengangkat kepalanya lagi begitu pintu sudah ditutup. Samar-samar aku melihat seulas wajah tampan dengan rambut berwarna hitam legam. Ia memakai setelan seragam pelayan.

[TGJ #1] The Tale About Pink Haired VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang