[2] Honesty Like The Night [2]

15.9K 743 14
                                    

.

.

.

Merasakan udara malam merupakan kesenangan tersendiri bagi Satria. Karena menurutnya malam adalah hal paling jujur di dunia ini. Karena malam tidak pernah malu untuk menunjukkan dirinya yang gelap dan pekat. Dan malam selalu memiliki kepercayaan diri untuk menunjukkan bahwa dirinya selalu diselimuti kegelapan. Yang membuat Satria kagum dengan malam adalah karena malam memiliki teman yang setia dan tak pernah meninggalkannya. Bulan dan bintang selalu ada bersisian dengan sang malam. Seakan tak ingin meninggalkan si malam itu sendirian.

Satria semakin mempercepat laju motornya saat angin semakin cepat berhembus. Memperhatikan sekilas suasana di sekelilingnya yang nampak sepi. Satria tersenyum di balik helmnya. Dia tambahkan kecepatan gas membuat kendaraan itu semakin melaju kencang.

Satria membelokkan ducatinya saat menemui komplek perumahan yang sudah sangat dihafalnya. Dia menghentikan laju motornya saat melihat sosok yang tadi dia beri pesan melalui aplikasi chat.

"Oy!" Satria membuka kaca helmnya dan menyapa orang itu.

Sosok yang mengenakan hoodie abu-abu hingga menutupi kepalanya itu mendongak. Dia berdecak melihat Satria yang selalu bertampang sombong saat bersama ducati kesayangannya itu.

"Gue nggak bawa helm goblok! Lo kenapa nggak bilang kalo bawa motor?" dengkus Darga.

Satria balas berdecak. "Lah, bukannya biasanya gue juga bawa motor ya? Mobil gue di tempat Arbin kalo-kalo lo lupa."

Darga tak membalas. Menyadari jika dirinya memang lupa. Darga lebih memilih untuk segera menaiki boncengan Satria. "Gas lah! Nggak usah banyak bacot!"

Satria hanya terkekeh. Dia melihat tampang malas sepupunya itu melalui kaca spion. Darga mengenakan hoodie abu-abu lengkap dengan tudungnya yang menutupi kepala. Well, yang membuat Satria tertawa bukan gaya berpakaian Darga, bukan. Yang membuat Satria tertawa adalah Darga yang selalu berdiri di dekat patung arca yang ada di depan komplek perumahannya itu saat menunggu Satria. Mengenakan tudung hoodie seperti itu membuat Darga dan patung arca sulit dibedakan.

"Dar, gue boleh jujur nggak?" ucap Satria.

Darga mengernyitkan alisnya. "Apaan?"

Satria menahan tawanya. "Lo beneran jadi kembarannya bagong kalo berdiri di situ."

Raut wajah Darga berubah datar. Dia berdeham. "Terserah lo. Yang jelas 50 persen hadiah lo buat gue."

Satria hanya tertawa. "Lihat aja entar." Setelahnya Satria bergegas melajukan motornya menuju tempat tujuan mereka.

***

Suasana ramai sudah menyambut Satria dan Darga saat laki-laki itu menghentikan ducatinya si salah satu bahu jalan. Menghembuskan nafas pelan, Satria segera menghampiri ketiga sahabatnya yang sudah berada di arena balap liar tersebut. Suasana bising sangat terasa bercampur dengan suara deruan motor yang berlomba-lomba mengeluarkan suara indahnya. Satria melenggang cepat. Darga mengikutinya dengan malas di belakang.

"Gimana? Gimana?" Satria menyapa satu persatu teman-temannya dengan tepukan santai. Satria menatap ketiga temannya itu bergantian. Marlo tampak cemberut di atas ducati hitamnya. Arbin yang hanya menyedekapkan tangan dengan santai. Lalu ada Arroyan yang cengar-cengir melihat kedatangan Satria dan Darga.

"Kenape lagi lo?" tanya Satria pada Marlo. Temannya itu tidak menjawab dan hanya menidurkan kepalanya di atas motor.

"Ah, paling kalah lagi, dia. Apalagi sih," Darga menyahut dengan cuek. Laki-laki itu kemudian mengeluarkan sebungkus chitato besar dari balik hoodienya.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang