.
.
.
Satria tak menyangka Clara akan datang lagi pagi ini. Perempuan itu kembali mengenakan rok lipit selutut dengan kemeja chiffon berwarna navy. Meski begitu Clara tetap terlihat cantik. Rambutnya dibiarkan tergerai indah. Clara melangkah ke arah Satria dengan satu kresek putih besar di tangan.
Tanpa mengucapkan apapun, Clara meletakkan plastik yang dibawanya ke atas nakas. Mengeluarkan isinya, ternyata sekeranjang buah-buahan.
Lalu tatapan Clara tertuju pada satu nampan penuh makanan yang masih tertutup plastik wrap. Sepertinya itu jatah makan pagi Satria. Tapi belum disentuh oleh laki-laki itu.
Clara menatap Satria, berusaha mengabaikan senyum tertahan di wajah laki-laki itu. Karena Satria masih tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Clara berada disini. Setelah semalam bagaikan mimpi. Lalu pagi ini Satria kembali diberi mimpi indah lagi.
"Kok belum dimakan?" Clara menunjuk nampan makanan di atas nakas.
Satria ikut meliriknya. Masih dengan senyuman tertahan dia menjawab. "Aku nggak bisa makan, Ra." dia menunjukkan kedua tangannya. Tangan kanannya terlilit infus. Sedangkan dia tak mungkin makan menggunakan tangan kiri. Oh, ayolah bahkan Satria tak bisa mengambil nampan yang terletak di atas nakas itu.
Clara menghela nafas sebelum menaruh sling bagnya di atas kursi. Dia kemudian menatap Satria. "Kamu mau minum Sat?"
Satria seketika mengangguk. Kemudian memperhatikan Clara yang mulai memgambilkan minum untuknya. Satria masih tidak percaya saat gelas itu berada di hadapannya, dengan Clara yang memegangi ujung gelas.
"Minum, Sat!" Clara malas saat melihat Satria bengong bukannya segera meminum air putihnya.
Setelah Satria menghabiskannya nyaris setengah gelas, Clara segera mengembalikan gelas itu ke tempat semula. Clara menaruh perhatiannya pada beberapa plastik obat disana. Pastilah itu obat milik Satria. Clara membaca sekilas obat-obat itu. Semuanya diminum sesudah makan.
"Kamu juga belum minum obat?" Clara melirik Satria sekilas.
Satria menatap Clara lalu menggeleng masam. Membuat perempuam itu menghela panjang. Clara kemudian mengambil nampan itu dan dia letakkan di pangkuannya.
Satria yang melihat Clara mengambil nampan makanan miliknya, kembali tak bisa menahan senyumnya. Bola matanya berputar menerka-nerka apa yang akan Clara lakukan.
Clara menatap nampan di pangkuannya. Ada sepiring nasi dengan dada ayam dan cah sayuran. Sayur sup diletakkan di mangkok terpisah. Ada camilan pagi berupa roti bolu dan pastel. Dan yang terakhir pisang ambon.
"Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya Clara menatap Satria.
Satria menatap sejenak nampan itu. Ah, tapi dia lebih suka memandangi Clara daripada makanan dalam nampan. "Yang mana aja, Ra."
Clara mengangguk. Mengembalikan nampan di atas nakas. Lalu kembali duduk di depan Satria dengan piring di tangan. Mulai menyendok sedikit nasi dan ayam dari sana. Lalu mengacungkan sendoknya ke hadapan Satria.
Satria menatap sendok di depan dan wajah Clara bergantian. Sungguh tak menyangka bahwa Clara benar-benar mau menyuapinya. Wow, apakah ini mimpi?
"Buka mulut, Satria!" seru Clara. Satria otomatis membuka mulutnya membuat Clara langsung memasukkan makanan ke mulut laki-laki itu. "Kamu jangan kayak Rara, deh!" omel Clara kembali menyuapi Satria.
Satria mengunyah pelan makanannya. Masih tak menyangka bahwa Clara berada disini. Sedang memegang piring, menyuapinya yang sedang sakit. Benar-benar Satria merasa ini seperti mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got It
RomanceSatria Evandra Arbani, laki-laki itu hanya menginginkan bertemu kembali dengan Clara Regina Anandhina, perempuan yang dipacarinya enam tahun silam. Saat mereka masih merasakan indahnya, cinta di masa putih abu-abu. Sebuah peristiwa terjadi, mengaki...