.
.
.
Satria menghela nafas. Nyaris frustasi menghadapi Clara. Dia hanya ingin mereka berdua duduk bersama. Berbicara. Lalu meluruskan segala benang kusut di antara mereka. Bukannya saling berteriak seperti ini. Ah, membuatnya gila saja! Apalagi ada anak mereka di antara Clara dan Satria.
Satria segera meraih tangan anaknya. Menunduk menyamakan tingginya dengan Andhara. "Karena Mama mau pergi. Kita juga pergi aja yuk, Ra!" ajak Satria. Andhara kontan berteriak girang. "Dari pada cuma di rumah aja. Nggak seru kan, sayang. Mending kita jalan-jalan juga."
Andhara mengangguk semangat. "Ayok Pa! Kita jalan-jalan! Rara senang bisa jalan-jalan sama Papa!"
Satria mengangguk. Segera menutup pintu dan menggandeng Andhara.
"Kamu mau pergi?" tanya Satria pada Clara. Clara terdiam. "Aku juga bisa bawa anakku pergi!"
Clara menatap tajam punggung laki-laki itu. Dia menghentak lalu berjalan menuju garasi. Masuk ke dalan mini cooper miliknya. Clara melotot saat melihat penanda bahan bakar berada di titik terendah. Ah, tadi dia lupa memberi makan kendaraannya ini. Sial!
Clara menatap ke depan. Menggigit bibir. Rupanya Satria serius dengan ucapannya. Karena sekarang dia sudah membukakan pintu mobil untuk Andhara.
Clara memukul setir kuat. Menghempaskan kepala di jok. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Tak mungkin dia pergi dengan mobil minim bensin begini. Bisa-bisa mobilnya mogok seperti saat bersama Irina beberapa waktu itu.
Clara menggeram, dengan amat terpaksa turun dari mobilnya. Berjalan lamat-lamat, Clara tak yakin apakah dirinya akan benar-benar menghampiri mobil abu-abu di depan.
Clara membulatkan tekat. Juga mengabaikan gengsi yang menggunung. Dia berjalan menuju mobil Satria. Dia ketuk kaca mobil itu menampilkan sosok Andhara yang duduk manis di samping kemudi.
"Mama! Ayo ikut Rara sama Papa, Ma!" serunya.
Abai dengan ajakan anaknya. Clara menatap tajam Satria. Satria balas menatap perempuan itu. Alisnya terangkat. Satria mati-matian menahan sudut bibirnya untuk tidak tertarik melihat Clara mengetuk jendela mobilnya. Dia tatap perempuan itu lekat-lekat. Merasakan rindu dalam dadanya.
"Kenapa, Ra? Katanya kamu mau pergi?"
Clara menggeram. Emosi melihat raut sombong laki-laki itu. "Kamu mau ajak Andhara, jalan-jalan?"
Satria mengangguk.
Clara menghela malas, lalu memalingkan wajah. "Kalo gitu hati-hati. Jangan terlalu malam pulangnya."
Setelah berkata seperti itu Clara berbalik dan melangkah pergi.
Bola mata Satria membulat. Memperhatikan spion mobilnya, dia mendapati Clara yang melangkah ke arah pintu rumah. Tunggu, apa Clara tidak jadi pergi?! Ah, tanpa sadar Satria memukul kemudi mobilnya.
Jika Clara tak jadi pergi. Lalu untuk apa Satria membawa Andhara pergi? Bukankah dia hanya ingin menggoda Clara saja. Buru-buru Satria melepas seatbeltnya. Dia menoleh pada anaknya.
"Rara, tunggu sini ya. Papa mau ajak Mama dulu!"
Andhara mengangguk riang. "Oke, Papa."
Setelahnya Satria keluar dari mobil. Melangkah teramat lebar. Hingga dia bisa menjangkau perempuan itu. Dalam hitungan detik Satria sudah menarik lengan perempuan itu bahkan sebelum Clara mencapai lantai teras.
Clara menyentak kasar. Menatap tajam laki-laki di belakangnya. Nafasnya berhembus kasar. "Kamu apa-apaan sih?! Katanya mau bawa anak kamu pergi?!"
Satria menghela nafas. Menatap lembut perempuan itu. "Kenapa kamu nggak jadi pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got It
RomanceSatria Evandra Arbani, laki-laki itu hanya menginginkan bertemu kembali dengan Clara Regina Anandhina, perempuan yang dipacarinya enam tahun silam. Saat mereka masih merasakan indahnya, cinta di masa putih abu-abu. Sebuah peristiwa terjadi, mengaki...