[Extras 13] - Our Sweetest Morning

2K 46 6
                                    

.

.

.

Clara mendesah, kala sinar mentari mengganggu tidur nyenyaknya. Erangan malasnya terdengar diikuti tangannya yang meraba-raba sisi ranjang. Kening Clara berkerut saat merasakan sisi di sebelahnya kosong. Dia dengan terpaksa membuka matanya. Betapa terkejutnya perempuan itu saat suami dan anaknya sudah tidak ada di dalam kamar.

Clara menepuk keningnya. Bola matanya berputar menatap sekeliling kamar yang lumayan asing. Ah, dia ingat sekarang selama seminggu terakhir ini mereka memang menginap di rumah orang tua Satria. Berawal dari rengekan Andhara yang meminta menginap di rumah eyang oma dan eyang opanya. Anak itu terlalu betah hingga tak mau diajak pulang ke rumah oma-opanya. Membuat Satria dan Clara mengalah menemani Andhara.

Clara bangkit cepat, menyibak selimut perlahan. Pasti Andhara dan Satria sudah terbangun lebih dulu dan meninggalkannya yang masih tertidur.

Suara pintu berderit membuat Clara dan Satria yang bersiap istirahat menoleh ke arah pintu. Andhara memanyunkan bibir menghampiri orang tuanya di atas ranjang.

"Papa, Mama," panggilnya naik ke atas kasur.

"Kenapa?"

Clara menatap anaknya sesaat sebelum  menghembuskan nafas, tak mengerti mengapa raut Andhara manyun begitu. Tadi saat makan malam anak itu masih tertawa riang bersama Zahra. Bahkan berkata akan tidur di kamar adik iparnya.

"Rara, kenapa sayang?" Satria mengusap wajah Andhara. Dan dia baru menyadari jika rambut anaknya sudah semakin panjang.

"Rara kesel sama Aunty Zahra!" dengusnya sebal.

Satria menaikkan alisnya heran. "Kenapa?"

"Rara dicuekin sama Aunty. Aunty lagi telponan sama temannya. Berisik banget, Papa. Rara nggak bisa bobok!" adunya.

Dan apa yang dikatakan Andhara benar. Karena tawa keras Zahra sampai tedengar di kamar mereka.

"Itu berisik banget, Zahra telponan sama siapa sih?" Clara menyahut kepo.

Satria hanya mengedik. "Temennya kali." lalu tatap matanya kembali tertuju pada Andhara di pangkuan. "Ya udah, Rara bobok sama papa-mama aja ya."

Andhara mengangguk, mulai menata bantal dan merebut guling di dekat Clara. Tak lama kemudian Andhara sudah terbuai ke alam mimpi. Meninggalkan kedua orang tuanya yang malah sibuk tatap-tatapan.

"Kamu nggak mau tidur juga, Yang? Udah malem lho." kerling Satria.

Clara mendesah. "Iya. Bentar aku pipis dulu." Setelahnya Clara bangkit ke kamar mandi.

***

Clara menuruni tangga dengan hati-hati. Tapi lantai bawah begitu sepi. Keningnya berkerut tajam. Dimana Satria dan Andhara? Tak mungkin kan anak dan suaminya meninggalkannya sendiri disini? Zahra juga tak terlihat batang hidungnya. Namun pertanyaannya itu langsung terjawab begitu melihat Sonia sedang mondar-mandir di meja makan.

"Mah," panggil Clara lirih pada mertuanya.

Sonia menoleh dan tersenyum manis melihat menantunya sudah bangun. "Udah bangun, Clara?"

Clara hanya mengangguk. Bola matanya melirik sekeliling yang sepi. "Satria sama Rara kemana, Mah?"

"Di depan tuh, tadi Rara minta ditemenin main sepatu roda sama Zahra."

Clara mengangguk-angguk, perlahan langkahnya mendekati Sonia. Dia tertunduk malu. Bukan malu karena penampilannya yang tidak oke. Dia hanya memakai kaos orange milik Satria. Ditambah celana pendek abu-abu milik suaminya. Entahlah, sejak menikah, pakaian Satria selalu menjadi outfit ternyamannya. Apalagi semenjak hamil.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang