[68] We Meet Again, Doctor [68]

4.9K 234 33
                                    

.

.

.

Arrain memasuki area kantin rumah sakit yang cukup ramai siang ini. Perutnya yang keroncongan minta diisi secepat mungkin. Mengingat tadi pagi dia belum sempat sarapan dikarenakan bangun kesiangan.

Orang-orang selalu mengatakan hidup sebagai dokter seolah menjamin kesehatan. Namun orang-orang tidak tahu bagaimana seorang dokter harus bergerilya dengan jam kerja yang menggila. Bahkan untuk melakukan 'me time' saja mereka harus benar-benar mencuri waktu.

Seperti Arrain yang merelakan jam tidurnya terpangkas demi menamatkan serial drama Korea yang diikutinya. Membuatnya telat bangun dan nyaris tidak sarapan. Dia khawatir kalau seperti ini terus, penyakit maag akan menyerangnnya.

Arrain melirik ke sisi kiri menemukan anggota gosip squad rumah sakit sedang berkumpul di meja pojok seperti biasa. Mereka tampak berbisik-bisik heboh membuatnya mengernyit kepo. Ah, pasti mereka sedang membicarakan gosip terbaru. Arrain harus cepat-cepat bergabung atau dia akan ketinggalan gosip terbaru itu.

Setelah memesan sepiring gado-gado dan jus melon, Arrain segera bergabung di meja gossip squad.

"Geser! Geser!" Arrain yang datang segera menepuk bahu Millie dan Dinda untuk bergeser memberinya tempat duduk.

Arrain menyelipkan tubuh kecilnya di antara mereka lalu menatap temen-temennya. "Lagi pada ngomongin apa sih?"

"Eh, Rain lo udah denger belom?" Bunga—perawat yang duduk di hadapan Arrain berseru heboh.

Arrain mengernyit sembari mengunyah gado-gadonya. "Denger apa?"

"Itu loh Rain, yang gue ceritain waktu itu." Millie menyahut dari samping. Arrain kembali mengernyit. "Penggantinya Dokter Fandy yang masih muda, ganteng and fresh."

Arrain mengangguk-angguk. Lalu rekan-rekannya yang lain ikut menyahut.

"Iya, gue juga udah lihat orangnya. Beuh, ganteng banget! Tadi gue papasan ama dia di depan poli." Dinda si dokter gigi ikut menyahut.

"Hooh Mbak Dinda, selain ganteng, dia juga ramah banget. Aku dari pagi dampingin dia praktek sama visit, diajak ngobrol terus." Azkia—perawat junior di antara mereka ikut memberikan saksi.

Kening Arrin semakin berkerut tajam. "Ini lagi pada ngomongin siapa sih? Sumpah, gue nggak ngerti!"

Millie berdecak. "Dibilangin penggantinya Dokter Fandy yang masih muda dan fresh. Lo nyimak nggak, sih?"

"Iya gue tahu," Arrain lalu mengedarkan pandangan ke berbagai penjuru. "Tapi mana orangnya? Mana? Mana? Gue kok belum ngelihat?"

Lalu segerombolan perempuan di meja itu ikut mengedarkan tatapan ke sekeliling. Seolah mencari-cari sosok yang mereka bicarakan.

"Iya ya, kemana ya si Pak Dokter ganteng, tadi?" Azkia bertanya-tanya.

"Kan tadi yang dampingin dia lo, harusnya kita tanya ke lo dong, Kia?" Dinda bersungut.

"Ya tadi, kan, waktu udah teng istirahat. Pak dokter nyuruh aku istirahat, ya aku pergi to Mbak. Masa ngintilin Pak Dokter masuk ke ruangannya."

"Tapi emang sih, tuh dokter cakep banget. Semoga aja masih single, biar bisa gue pepet. Hihihi." Millie terkikik.

Arrain memutar bola mata malas. "Terus itu gimana Ferril? Bukannya lo lagi deket ama dia?" Arrain menyebutkan nama salah satu dokter, rekan mereka juga.

Millie hanya meringis centil. "Nggak ada Ferril, dokter ganteng pun jadi!"

Lalu toyoran, sikutan serta sorakan wuuu, diberikan teman-temannya kepada Millie. Membuat perempuan itu mengerucutkan bibir.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang