[5] In Front Of The Mirror [5]

10.5K 528 10
                                    


.

.

.

Clara menatap pantulan dirinya yang cantik di cermin dengan raut dingin seperti biasa. Matanya melirik sekilas sisir keemasan yang berada di tangannya. Lalu perlahan-lahan kembali bergerak menyisiri rambutnya yang panjang sampai ke bahu. Setelah selesai, tangan lentiknya meraih bedak dan mulai menaburi wajahnya dengan benda padat itu.

Meletakkan bedaknya kembali, perhatian Clara tertuju pada bibirnya yang pucat dan kering. Matanya lalu melirik lipstik berwarna peach yang berderet di atas meja rias mengambil benda lonjong itu dan mengaplikasikannya di bibirnya. Membuat bibirnya seketika berwarna cerah.

Buat apa aku lakuin ini? Batin Clara berteriak lalu tanpa sadar dia melemparkan lipstik yang masih berada digenggamannya. Membuat benda kecil itu meluncur jatuh ke bawah. Perempuan itu mendongak menatap langit-langit, seolah di atas sana ada seseorang yang ingin dia ajak bicara.

Namun kenyataannya di atas sana tidak ada siapapun. Hanya kosong yang didapatnya membuat Clara membuang wajah dan memilih untuk menghembuskan nafas panjang untuk mengusir semua sesak di dada. Sampai kapan? Harus sampai kapan dia seperti ini? Mau sampai kapan dia terus berpura-pura seperti ini? Sampai kapan Clara sanggup melakukannya?

Clara kembali menghembuskan nafas seolah mencari sumber kekuatan. Lalu tangannya tanpa sadar sudah meluncur ke bawah. Bergerak menarik laci meja riasnya yang berada paling bawah. Seketika tatapannya tertumbuk pada sebuah pigura kecil yang tergeletak di dalam laci dengan posisi terbalik.

Untuk sesaat Clara masih terus memandangi pigura itu seolah benda itu adalah objek menarik. Lalu dengan tangan bergetar dia mengambil benda itu. Selama beberapa detik Clara membiarkannya dalam posisi terbalik. Namun detik kemudian dia memberanikan diri membalik pigura itu. Lalu setelahnya Clara bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, bulu kuduknya meremang. Dan seluruh aliran darah seakan dipompa menuju kepala.

Clara masih memegangi pigura itu selama beberapa detik namun tubuhnya malah terus bergejolak hebat. Dadanya serasa diremas. Nafasnya tiba-tiba menjadi sesak. Dan air matanya berdesakan nyaris keluar. Seluruh pertahanan tubuhnya seakan nyaris rubuh hanya karena melihat gambar dua orang yang ada di dalam pigura itu.

Gambar dalam pigura itu adalah foto Clara yang tengah tersenyum manis ke arah kamera. Dalam foto itu, tangan kirinya tampak memegang permen kapas lalu tangan kanan tampak memegangi kamera. Di belakang Clara, berdiri Satria yang memegang permen kapas yang sama.

Keduanya begitu ceria dalam foto itu. Satria tampak mengangkat tangan tinggi-tinggi membentuk tanda peace. Dan Clara tersenyum sangat manis di depan Satria. Keduanya begitu manis bak ABG yang sedang kasmaran dengan seragam putih abu-abu yang melekat dalam diri mereka.

Enggak! Enggak! Mereka siapa? Mereka siapa? Aku nggak kenal mereka! Enggak!

Getaran dalam tubuh Clara semakin hebat saja saat memperhatikan foto itu. Tangannya terus bergoyang membuat pigura yang berada di tangannya jatuh ke lantai menimbulkan bunyi nyaring yang mengagetkan. Lalu saat Clara menoleh ke bawah nafasnya menjadi semakin sempit. Hingga dia harus menyentuh dadanya. Sakit. Dadanya terasa sakit.

Clara berlarian menyadari waktu sudah hampir pukul setengah delapan. Sial! Di sepanjang tempo larinya gadis itu terus menyumpah dan merutuki dirinya yang bodoh.

Astaga, kenapa juga tadi Clara harus bangun kesiangan? Hingga mengakibatkannya berangkat terlambat ke sekolah. Dia kembali merutuk kesal. Ah, ini pasti karena semalam dia bergadang asyik menonton variety show Korea favoritnya. Ugh! Karena betah melihat ke-kiyowoan member boyband favoritnya dia jadi lupa untuk tidur. Clara bahkan lupa jika keesokan harinya dia harus pergi menuntut ilmu.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang