[42] A Coincedence [42]

5.5K 230 18
                                    

.

.

.

Arrain melambai ke arah rekannya lalu melangkah menuju brio merahnya yang terparkir. Menghempaskan tasnya di kursi sebelah. Dia menghela malas sebelum menyalakan mesin. Sempat-sempatnya Arrain menatap tas-nya lagi. Dalam hitungan detik perempuan itu sudah mengusap layarnya dan membuka aplikasi pesan. Desahan sebalnya keluar saat chat yang dia kirimkan untuk Satria masih centang abu-abu.

Mendengus sebal, Arrain nyaris meremas ponselnya. Lo kemana sih?! Sok sibuk banget?! Padahal dia sudah merendahkan dirinya sebagai perempuan dengan mengajak laki-laki itu terlebih dahulu. Tapi tetap saja yang namanya Satria itu tingkat kepekaannya begitu minim. Membuatnya kesal saja. Masih dengan mode kesal dia membaca sederet pesannya untuk laki-laki itu!

Today

Sat lu masih idup kan??

Yesterday

Sat, lunch yuk??

06/05

Sat, free gak hari ini?

03/05

Sat, lunch yuk??

Sorry Rain, gw ada meeting siang ini.

30/04

Sat mau temenin gue nggak??

Sorry Rain, gw gak bs.

Menghempaskan ponselnya kesal. Arrain bergegas menyalakan mesin dan membawa roda besi miliknya melintasi jalanan padat sore ini. Cukup lancar mengemudi raut wajah perempuan itu tetap mengkeruh. Bagaiamanapun dia kesal karena Satria tak membalas pesannya. Sesibuk apa sih laki-laki itu?! Apakah lebih sibuk dari dirinya yang seorang dokter ini? Untung saja saat bekerja Arrain masih bisa mengendalikan emosinya. Jadi dia bisa meminimalisir kesalahan saat bekerja. Bisa tamat karriernya jika melakukan kesalahan sekecil apapun.

Ugh! Mau kemana ya gue? Mager balik. Apa gue ke tempat Satria aja? Dih, gue kayak cewek apaan, nyamper-nyamperin cowok. Nehi ye!

Di saat Arrain masih pusing kemana dia akan membawa brio merah miliknya. Tiba-tiba kendaraan roda empat yang sedang dikendarainya berhenti mendadak di tepi jalan.

Mata Arrain bergetar panik. Mencoba memutar kembali kunci mobilnya. Namun si merah itu tetap tidak mau mengaung seperti biasanaya. Kembali mencoba beberapa kali. Tapi hasilnya tetap saja, mogok!

"Arrggh!" Arrain membanting kunci mobilnya dan menghempaskan kepalanya di jok. "Sialan! Kenapa mobil gue pake mogok segala sih?! Kampret banget!"

Mendesah frustasi, Arrain menatap sekeliling. Ah, dia harus bagaimana? Membuka kaca mobil, dia melirik ke bawah. Apa ban mobilnya ada yang bocor? Ah, dia tak akan tahu jika tak mengeceknya sendiri. Maka dari itu Arrain bergegas turun. Menendang ban mobilnya yang terasa masih keras. Yang menandakan bahwa tidak ada masalah pada bannya. Lalu apa yang menyebabkan mobilnya tak mau berjalan?! Ah, apes sekali dirinya!

Arrain bersandar malas di mobilnya. Lalu mengambil ponselnya melalui jendela mobil. Mendengus sebal, dia harus meminta tolong pada siapa, selain laki-laki itu. Arrain pun nenempelkan ponselnya ke telinga. Sesekali menatap jalanan dengan panik. Apalagi saat panggilannya masih belum tersambung. Masih menggigit bibir cemas. Akhirnya suara serak itu terdengar membuat Arrain nyaris melompat riang.

"Hallo, Rain?" suara Satria terdengar di seberang.

"Hallo, Sat!" suara Arrain tertelan tenggorakan. Rasanya ingin memaki laki-laki itu! Kenapa sejak kemarin tak membalas pesannya? Ah, ada yang lebih penting dari itu sekarang! "Huhu, Sat tolongin gue, mobil gue mogok di pinggir jalan. Tolongin gue!"

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang