[24] When We First Talked [24]

6.3K 236 7
                                    

.

.

.
Suasana kantin masih lengang saat Satria dan teman-temannya, siapa lagi kalau bukan Darga, Arbin, Marlo dan Arroyan memasukinya. Marlo langsung memilih bangku pojok belakang yang mengarah langsung ke lapangan. Tentu saja supaya dia bisa menyaksikan siswi-siswi cantik berseliweran disana.

"Pada mau makan apa nih?" Arroyan menatap teman-temannya. Dia sudah beranjak hendak memesan.

"Gue soto," Satria yang pertama menjawab.

"Samain," Darga mengacungkan tangan masih asyik memainkan game di tangannya.

"Oke, soto dua. Lo?" Arroyan beralih pada Arbin dan Marlo yang duduk di sisi kiri.

"Ehm, gue bakso." jawab Arbin. Namun dia malah berdiri menjejari Arroyan. "Eh, tapi gue mau nyari cemilan juga. Gue pesen sendiri aja deh nanti."

Arbin nyengir. Arroyan langsung mengacungkan jempol. "Woy, Mar, lo mau pesen apa?"

"Hah?" Marlo menoleh sejenak. Namun perhatiannya kembali tertuju ke arah lapangan, karena seseorang melintas disana. "Widihhh, itu Kak Andini kelas 11 IPS 5, kan? Bening banget coy!"

Serua Marlo itu membuat keempat temannya menoleh. Satria dan Darga tampak menatap biasa. Arbin ikut memuji cantik. Hanya Arroyan yang terlihat malas.

"Kak Andini!" Marlo berseru melambaikan tangan. Namun saat orang yang disapanya hanya melengos pergi. Raut Marlo seketika muram. Sementara suara tawa mulai pecah di meja itu.

"Kok gue yang malu sih," Darga meringis.

Sementara Satria tertawa tanpa suara. Arbin dan Arroyan kompak cekikikan.

"Ck! Cantik-cantik, sombong! Gue doain nggak laku lo! Andini, Andini!" Marlo mendumel. Dia beralih menatap Arroyan. "Buruan pesen sana Yan! Laper nih!"

Arroyan menghela malas. "Tadi gue udah nanya, lo-nya malah dadah-dadahan. Untungnya dikacangin, sukurin!"

"Ck! Pesenin gue bakso, gih buruan!"

Setelahnya Arroyan dan Arbin beranjak memesan makanan. Tak lama kemudian mereka sudah kembali. Arroyan membawa nampan makanan pesanan mereka. Sementara Arbin dibelakangnya bantu membawakan teh botol.

Setelahnya kelima siswa itu sibuk dengan makanan masing-masing.

"Eh, makalah b-ing mau ngerjain kapan?" tanya Darga.

"Tumben inget tugas lo Dar? Biasa yang diinget chiki ama temen-temennya." ledek Arbin tertawa.

Darga hanya mendengus malas.

"Malming gimana?" Marlo menatap teman-temannya. "Di rumah gue tapi, sekalian lo pada nginep. Sendirian nih gue."

"Emang ortu lo kemana Mar?" tanya Satria.

"Sydney," Marlo mengedik malas. "Tau ah, entar juga balik sendiri."

Setelah makan mereka bubar sendiri-sendiri. Arbin dan Darga menerima ajakan bermain basket salah seorang siswa. Marlo asyik menggombali siswi-siswi cantik yang tadi menyapanya. Sedangkan Arroyan dimintai tolong seorang guru untuk membawakan setumpuk buku ke perpustakaan.

Satria mengerjap perlahan baru sadar kalau dirinya ditinggal sendiri di kantin. Dia mendongak kesana-kemari. Lah, kenapa jadi gue yang ditinggal?

Satria mengedik tak peduli lalu fokus menghabiskan sotonya. Tahu-tahu seseorang meletakkan semangkok soto di hadapannya.

"Huft..."

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang