[19] It's A Date? [19]

5.6K 238 1
                                    

.

.

.

"Woy! Bengong aja lo kayak sapi ompong!"

Arrain menjerit sembari menabok punggung Satria membuat laki-laki itu meringis kaget. Dia menoleh ke belakang dengan sengit apalagi setelah mendapati raut tidak bersalah dari dokter cantik itu.

"Sakit, Rain! Lo pikir punggung gue samsak!" ringis Satria sembari meregangkan punggungnya yang panas.

Arrain berdecak kesal. Lalu dia alihkan pandangan pada sesuatu di tangan Satria. "Lo mau beli novel itu? Nggak jadi beli komik?"

Satria mengerjap lalu menurunkan pandangan. Laki-laki itu bengong mendapati sebuah novel tebal sudah berada di tangannya. Kapan dia mengambil novel itu? Lalu hanya sebuah tawa datar yang keluar dari mulutnya.

"Iya, gue mau beliin novel aja buat Zahra. Dia lagi demen baca novel online soalnya. Yuk!"

Lagi-lagi Satria berjalan mendahului Arrain membuat gadis itu benar-benar kesal. Dia menghentak-hentak kaki nyaris menggigiti tali tasnya karena jengkel dengan ketidak-pekaan Satria. Ngadepin satu laki aja, gini amat seeeh?!

Beberapa menit kemudian keduanya sudah duduk di salah satu restoran Korea yang dituju Arrain. Gadis itu tampak bersemangat memilih menu. Sedangkan Satria hanya pasrah, meminta perempuan itu saja yang memesankan makanan. Mengingat dia tidak begitu paham dengan menu makanan di restoran ini. Dia hanya mengedarkan pandang menatap kagum pada pengunjung yang ramai.

"Rame ya restonya," ucap Arrain setelah selesai memesan pada salah satu pegawai.

Satria mengangguk menyetujui. Memang sejak sepuluh tahun terakhir kebudayaan Korea sedang hangat digandrungi berbagai kalangan. Pertama melalui musik dan dramanya. Lalu perlahan-lahan berbagai aspek budaya Korea juga ikut disenangi orang-orang. Salah satunya adalah makanan.

Namun bukan hal itu yang membuat Satria meringis. Akan tetapi dirinya, dirinya sendiri yang selalu berhubungan dengan para perempuan penyuka budaya negeri ginseng itu. Tidak Zahra, adiknya yang selalu memutar lagu-lagu Korea di kamarnya. Lalu Arrain, si penyuka drama Korea. Dan juga Clara—Satria masih sangat ingat bahwa dulu perempuan itu sangat menyukai Korea.

"Park Jihoon, yuhuu! Jeojang! Ih, kamu ucul banget sih, gemoy deh!"

Satria menoleh, rautnya berubah datar saat mendapati Clara tertawa-tawa melihat laptopnya. Dia mendengus sebal. Bukankah tadi Clara yang memaksanya untuk pergi ke perpustakaan mengerjakan PR bersama. Tapi mengapa malah dia sendiri yang mengerjakan sedangkan perempuan itu sibuk di depan laptop? Satria melirik, lalu mendecih saat tahu bahwa Clara sedang menyaksikan para bocah bermain game.

"Ra, katanya mau ngerjain tugas bareng? Kok kamu malah asyik nonton, sih?" protes Satria.

Clara menoleh dengan raut sewot."Ih, ya kamu kerjain dulu, entar aku nyontek." Baru saja Satria ingin protes. Namun Clara lebih dulu menyentaknya. "Hussst! Jangan ganggu aku lagi pacaran sama PJH. Huss, husss," lalu dia mengibaskan tangan seolah mengusir.

"Yang pacar kamu kan aku," Satria mendengus sebal. Rasanya dia ingin melemparkan pulpen di tangannya pada wajah sok imut di layar laptop itu.

"Kenapa cewek-cewek di hidup gue suka sama Korea?" Satria tanpa sadar bergumam.

"Hah? Lo ngomong apa barusan?" Arrain bertanya dengan heran. "Cewek-cewek di hidup lo? Apa gimana tadi?"

Satria mengerjap menatap Arrain yang mencondongkan wajahnya ke depan. Menatapnya penuh keingintahuan. Dia mendengus geli sembari menggeleng pelan.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang