.
.
.
Satria mengernyit saat ponsel yang diletakkan di samping laptopnya bergetar. Mengalihkan perhatian dari tabel-tabel rumit di layar laptopnya. Satria meraih ponselnya, dirinya menegang saat nama Clara terpampang di layar.
Seolah lupa dengan pekerjaannya yang menumpuk setelah dia tinggalkan berhari-hari. Satria menaruh perhatian penuh pada ponsel pintarnya.
Clara
Kapan kamu mau nemuin Rara?
Setelah malam itu hubungan Satria dan Clara tetap tak ada kemajuan. Clara tetap kekeuh pada keputasannya bahwa hubungan mereka telah selesai. Namun Satria tetap bersikeras bahwa mereka membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk membicarakannya. Terlebih ada seorang anak di antara mereka. Membuat Satria harus berhati-hati mengambil keputusan.
Dan melihat Clara masih repot-repot menghubunginya meski itu hanya membahas masalah—anak mereka. Ah, mengapa jantung Satria berdebar-debar hanya dengan mengingat hal itu? Dirinya masih tak menyangka jika dia sudah menjadi seorang ayah selama kurang lebih lima tahun ini. Menyesakkan memang, tapi tidak apa. Karena setelah ini dia akan menebus segala kesalahannya dengan cinta yang melimpah bagi putri kecilnya itu.
Satria tak bisa menyembunyikan lengkungan senyumnya saat membaca pesan singkat dari Clara. Segera saja dia membalas pesan itu
Secepatnya.
Kalo malam ini gimana?
Terkirim.
Satria menggigit bibir cemas menanti balasan. Hingga dia meletakkan benda pipih itu kembali. Balasan dari Clara belum tiba juga.
Masih menekuri laptop, Satria terkaget saat telepon kabel di depan mejanya berbunyi nyaring. Satria mengernyit saat tahu jika sambungan itu berasal dari line Hirla di depan.
"Maaf Pak, ada sambungan telepon dari Mr. Zhang di line delapan."
Mata Satria melotot. Darga sudah memberitahunya saat dia sakit tempo hari. Bahwa Mr. Zhang sedikit sewot dengan keabsenannya dalam meeting di Shangrilla beberapa waktu lalu. Dan sekarang saat si panda itu menelponnya. Satria harus memutar otak untuk ngeles.
"Good afternoon, Mr. Zhang, this is Satria from Champion group—"
"Yes, i know—"
Satria terkesiap saat Mr. Zhang memotong pembicaraan tiba-tiba. Setelahnya laki-laki paruh baya itu mengomel panjang, yang membuat Satria meringis kesal. Rasanya dia ingin membanting telepon yang ada di tangannya.
Tidak masalah bila Mr. Zhang mengomel dengan bahasa Inggris atau bahasa apapun yang Satria mengerti. Akan tetapi laki-laki itu malah mengomel dengan bahasa Tiongkok yang membuatnya meringis sebal. Oh, adakah orang di kantor ini yang mengerti bahasa mandarin?
Satria baru akan meraih ponselnya untuk mencari orang yang mampu memahami omongan Mr. Zhang. Tiba-tiba suara Mr. Zhang berganti menjadi suara perempuan dengan bahasa Inggris yang fasih. Membuat Satria mendesah lega.
Hingga sepuluh menit kemudian Satria akhirnya mengakhiri pembicaraan serba rumit itu. Dengan menjanjikan bahwa di pertemuan berikutnya dia akan hadir tepat waktu.
Setelah menutup telepon, Satria mengernyit saat ponselnya di samping laptop berkedip-kedip. Meraih benda itu cepat, bola matanya kembali membulat saat mendapati balasan dari Clara.
Clara
Terserah kamu aja.
Satria nyaris melompat kegirangan saat membaca sederet pesan itu. Senyumnya melebar, dan dadanya kembali berdebar kencang. Debar gugup sekaligus excited karena akan bertemu dengan putri kecilnya. Meski Satria sudah pernah bertemu dengan Rara. Namun saat itu dia belum tahu jika gadis manis itu adalah putrinya. Ah, Satria ingin cepat pulang dan bertemu Rara. Ah, dia belum membalas pesan dari Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got It
RomanceSatria Evandra Arbani, laki-laki itu hanya menginginkan bertemu kembali dengan Clara Regina Anandhina, perempuan yang dipacarinya enam tahun silam. Saat mereka masih merasakan indahnya, cinta di masa putih abu-abu. Sebuah peristiwa terjadi, mengaki...