[18] When I First Saw You [18]

6.1K 251 1
                                    

.

.

.

Sabtu malam akhirnya Satria benar-benar menemani Arrain datang ke gala premiere film itu. Sejak pagi, dokter cerewet itu sudah menerrornya dengan sederet pesan chat dan telepon. Mengingatkannya untuk jangan lupa pada acara date mereka malam ini. Lalu disinilah mereka berada. Berjalan menyusuri mall karena acara gala premiere film itu sudah selesai setengah jam yang lalu.

"Gila ya, gue nggak nyangka! Si culun itu aktingnya bagus banget! Sat, lo pasti nggak bakal percaya kalo gue tunjukkin foto si Temmy pas SMP. Dia itu culun banget dulu. Kacamatanya aja bulet begini," Arrain membentuk bulatan dengan kedua tangannya dan dia peragakan seperti kacamata.

Satria hanya menanggapi dengan senyum singkat. Sejak keluar dari bioskop Arrain memang tidak bisa berhenti bicara dan berteriak heboh. Apalagi melihat para selebritas dan para pemain film tersebut wira-wiri di sekitar mereka. Arrain kembali menoleh ke arah bioskop. Perempuan itu mengerucutkan bibir saat melihat beberapa orang tampak diwawancarai oleh media. Dia  memandang mereka dengan tatapan iri.

"Ih, Sat, kita kan juga nonton filmnya tadi. Tapi kenapa nggak ada yang ngewawancara kita yak?"

"Ya, kan kita bukan artis. Apa untungnya mereka denger pendapat kita soal film tadi?" Satria hanya terkekeh geli. "Lagian kenapa lo nggak jadi artis aja sih dulu, kenapa milih jadi dokter coba?"

Arrain mengerucutkan bibir. "Dulu kan gue asal aja milih jurusan. Eh, tahunya keterima beneran." bahunya mengedik cuek.

Satria hanya menanggapi dengan tawa. Tangannya terangkat mengacak rambut Arrain gemas. Membuat langkah perempuan itu terhenti. Kedua matanya melirik ke atas. Menyaksikan sendiri bagaimana lembutnya tangan Satria saat menyentuh kepalanya. Membuat dadanya bergemuruh menimbulkan detak-detak melebihi batas. Oh, my god!!! Gue deg-degan masa!

Arrain menatap lurus sosok di depannya. Satria yang selalu menawan. Satria yang selalu membuat dadanya berdebar tidak karuan. Satria yang selalu membuatnya merasa nyaman. Lalu dengan jarak mereka sedekat ini membuat Arrain harus pintar-pintar menyembunyikan rona merah di pipinya yang bermunculan. Dia kerjapkan mata untuk mengamati Satria sejenak.

Satria begitu tampan dengan celana jeans dan kemeja warna hijau tua yang dikenakannya. Bertambah pas dengan sneakers hitam yang menghiasi kakinya. Oh, apalagi laki-laki itu membiarkan dua kancing teratas kemejanya terbuka. Membuat Arrain tidak tahan untuk tidak melirik ke arah sana. Menerka-nerka apa yang ada di balik kemeja polos itu. Dan Arrain hanya mampu menelan ludah. Please otak, jangan omes, please!

"Rain, woy!" Satria mengernyit menyadari Arrain yang terbengong. Dia melambaikan tangan ke depan wajah gadis itu.

Arrain mengedip sesaat. Dia cepat-cepat memalingkan wajah. Astaga! Apa yang baru saja dia lakukan?! Memandangi Satria dengan tatapan penuh nafsu dan halu. Ugh! Ah, tapi di matanya Satria memang sekeren itu. Sejak dulu saat mereka masih kuliah. Bahkan sampai sekarang laki-laki itu tetap keren. Apalagi kini rambutnya diberi sentuhan warna ke abu-abuan.

"Please, jangan bilang lo kesambet sama setan yang kita tonton tadi." Satria berucap malas.

Arrain mengerjap. Lalu matanya melotot saat mendengar ledekan Satria. Tangannya dengan cepat menabok laki-laki itu. "Ih, lo nyebelin ya! Nggak usah bawa-bawa setan deh!"

"Salah sendiri bengong," Satria menjentik kening Arrain dengan jari telunjuknya. Lalu terseyum memperhatikan sahabatnya itu.

Arrain terlihat manis dengan dress warna kuning bercorak kupu-kupu berpadu dengan flat-shoes warna putih. Lalu sling bag kecilnya juga berwarna putih. Rambutnya yang panjang mengombak, dia kepang memanjang ke samping.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang