[14] First Time She Meet Him [14]

7.5K 301 17
                                    

.

.

.

Satria melangkah santai saat memasuki salah satu pusat perbelanjaan ibukota. Dia sesekali menatap sekeliling meski kaki terus melangkah menuju salah satu restoran. Memeriksa ponsel kembali dan membaca nama restoran tempat meeting mereka. Satria berjalan tertunduk hingga tanpa sadar menubruk seseorang.

Satria mengerjap menatap ponsel di tangannya yang nyaris jatuh. Dia menatap ke depan dan mendapati seorang gadis kecil tengah mengusap keningnya sembari merintih.

"Aduuuh, kening Rara kena," gumam gadis cilik itu lalu mendongak.

Untuk sesaat Satria terpana pada sosok kecil di depannya. Sosok itu mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang sampai detik ini menempati posisi terpenting dalam hatinya. Seseorang yang mengingatkannya bahwa dia memiliki cinta di masa lalu. Cinta yang dia harap masih bisa berlanjut di masa kini.

Satria mengedip untuk memperhatikan lebih rinci. Gadis kecil itu memiliki rambut panjang, berkulit kuning langsat dan tingginya baru sebatas paha Satria.

"Uncle? Uncle nggak apa-apa, kan?" ucap gadis cilik itu membuat Satria mengedip kaget.

Ada perasaan senang yang asing saat Satria memperhatikan gadis itu. Perasaan itu mengalirkan desir-desir aneh yang membuat hatinya menghangat. Dan dia tak tahu mengapa.

Satria tersenyum dan menggeleng. Tanpa sadar sudah berjongkok menyamakan tinggi dengan gadis cilik itu. "Uncle nggak apa-apa. Kamu kenapa sendirian? Orang tua kamu dimana?"

"Itu disana!"

Gadis kecil itu menunjuk ke satu arah membuat Satria ikut menatap pada arah yang sama. Dan dia menemukan dua orang perempuan tengah mengobrol di depan sebuah gerai. Sepertinya mereka sedang membicarakan baju yang terpajang di gerai tersebut atau apalah—Satria tidak tahu.

"Rara!"

Lalu sebuah suara tiba-tiba terdengar membuat gadis kecil itu menoleh. Salah satu dari dua orang perempuan tadi melambai memanggil gadis kecil di hadapan Satria.

"Kamu dipanggil Mama kamu," ucap Satria tersenyum. Tanpa sadar dia malah menggenggam kedua telapak tangan bocah itu. Dan Satria tidak tahu mengapa dia melakukan itu.

"Itu bukan Mama, Uncle." Gadis kecil yang Satria tidak ketahui namanya itu menggeleng. Membuat Satria mengernyit. Jika bukan mamanya lantas, siapa? "Mama lagi nggak enak badan. Jadi nggak ikut belanja." jelas gadis kecil itu. "Itu Oma sama Aunty Irin."

Satria tanpa sadar mengangguk dan tersenyum menatap wajah manis di hadapannya. Gadis kecil itu ikut tersenyum menampakkan gigi-giginya yang tidak rata. Satria tertegun sejenak. Mengapa anak kecil ini memiliki gigi yang mirip seperti giginya?

"Rara!"

Suara itu terdengar kembali. Membuat Satria dan gadis kecil itu menoleh lagi.

Satria bangkit berdiri tanpa sadar genggaman tangannya pada anak kecil itu—Rara terpaksa terlepas.

"Dadah Uncle!" Gadis kecil itu melambai berpamitan. Kaki kecilnya berlarian ke arah dua perempuan dewasa yang sejak tadi memanggilnya.

Entah mengapa Satria tiba-tiba bersedih ketika gadis manis itu berjalan menjauh. Dia benar-benar terus menatap punggung kecil itu hingga salah satu dari dua orang perempuan itu menangkap tangan kecilnya dan menggandengnya. Meski hanya sebentar, entah mengapa Satria seperti sudah lama sekali mengenalnya. Apalagi hatinya yang tiba-tiba senang dan hangat saat menggenggam tangannya tadi. Mengapa? Mengapa Satria merasakan hal demikian? Dia tidak mengerti.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang