.
.
.
Senin pagi suasana sarapan di rumah Satria kembali hangat seperti hari-hari sebelumnya. Satria sudah bersiap dengan outfit kantornya. Begitu juga Andhara yang sudah mandi dan berdandan manis dengan bando pink-nya. Zahra juga sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Sedari tadi gadis itu sudah bawel meminta Satria untuk mengantarnya. Karena dia ada jadwal kuliah pagi.
"Papa!" Andhara menarik-narik kemeja Satria.
Satria segera menoleh. Keningnya berkerut menatap raut muram sang anak. Segera saja dia letakkan sendok dan garpunya, fokus pada Andhara.
"Rara kenapa?" tanyanya sedikit cemas. "Makannya nggak habis, iya?"
Andhara menggeleng. Membuat perhatian Wisma, Sonia dan Zahra tertuju pada gadis cilik itu.
"Masakan Eyang Oma nggak enak ya? Rara nggak suka?" Sonia bertanya lembut.
Andhara menggeleng imut. Membuat kening Sonia berkerut menatap cucunya. "Terus kenapa?"
Andhara memanyunkan bibir ke depan. Kaki kecilnya bergoyang-goyang gelisah. Ditatapnya sang papa sedikit lama. Hingga kedua matanya sedikit memerah. Andhara lalu turun dari kursinya dan naik ke pangkuan Satria. Kedua matanya berkaca-kaca. Mau tak mau membuat Satria merasa cemas. Ada apa dengan anaknya ini?
"Rara kenapa? Bilang sama Papa, Rara pengin apa?" Satria merangkum wajah anaknya lalu mengecup kening anaknya.
"Rara nggak mau pulang, Papa. Rara nggak mau pulang, Rara mau disini." Andhara merengek memeluk Satria. Membenamkan kepala kecilnya di dada papanya.
Satria sendiri tak tahu harus merespon apa. Karena dia cukup terkejut dengan permintaan Andhara itu. Kedua matanya malah berputar bingung.
Lalu suara tawa malah terdengar dari mulut Wisma. Laki-laki itu menatap cucunya. "Rara, betah ya disini! Jadi nggak mau pulang. Hahahah!"
Andhara mengangguk imut. Lalu kembali merengek. "Rara nggak mau pulang, Papa. Nggak mau. Rara mau disini main sama Aunty Zahra."
Zahra yang namanya disebut hanya terkikik geli.
Satria menghela nafas. Dia tentu senang Andhara bermain disini. Menjadi bagian dari keluarganya. Akan tetapi dia juga sudah berjanji pada Clara. Untuk memulangkan anak mereka Senin pagi.
"Tapi Papa udah janji sama Mama buat anterin Rara pulang hari ini." Satria mencoba memberi pengertian.
Tapi Andhara tetap menggeleng-geleng. "Rara mau disini, Papa."
Satria kembali mencoba memberi pengertian. "Tapi Aunty Zahra harus kuliah hari ini. Nggak bisa nemenin Rara main, sayang."
Andhara tetap merengek dalam pelukan Satria. "Terus nanti kalau Mama sama Omanya Rara di rumah nyariin Rara, gimana?"
Andhara tetap diam. Satria menatap seluruh keluarganya meminta bantuan.
"Ya udah, Sat. Kamu telpon aja mamanya. Bilang kalau anak kalian masih mau main disini, gitu." usul Wisma.
Satria menggaruk kening bingung. "Masalahnya Satria udah janji sama Clara, bakal mulangin Rara Senin pagi, Pa. Sama ada hal yang mau Satria omongin juga sama Clara."
"Lah, terus kalau anaknya nggak mau pulang gimana?"
Satria kembali menghela nafas. "Rara, Papa janji, besok weekend Rara bakal main lagi kesini. Tapi sekarang Rara pulang dulu ya! Emang Rara nggak kangen sama Mama?"
Andhara mengangguk masih memeluk Satria seperti koala. Satria yang merasa gemas, menjawil pipi anaknya. "Tuh kan, Rara juga kangen Mama. Ya udah, sekarang kita pulang dulu ya! Minta izin Mama, supaya Rara bisa nginep di sini lagi, besok. Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got It
RomanceSatria Evandra Arbani, laki-laki itu hanya menginginkan bertemu kembali dengan Clara Regina Anandhina, perempuan yang dipacarinya enam tahun silam. Saat mereka masih merasakan indahnya, cinta di masa putih abu-abu. Sebuah peristiwa terjadi, mengaki...