[38] But, I Still Love You [38]

6.5K 282 28
                                    

.

.

.

Clara menarik nafas panjang, menatap lahan parkir supermarket yang mulai sepi. Dia menoleh, menatap Satria yang masih duduk dengan tenang disana. Menyimak seluruh ceritanya. Bagaimana sebuah alat kecil bernama test pack itu membuatnya hancur. Bukan hanya dirinya. Tapi juga bagi papa dan mamanya.

"Kenapa kamu nggak bilang?"

Lirihan kecil yang terdengar membuat Clara kembali menatap laki-laki itu. Satria balas menatap dengan sorot kecewa yang tak repot-repot dia sembunyikan.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang?!" suaranya mengeras. Menatap Clara tajam. "Seenggaknya kalau kamu bilang, aku bisa nikahin kamu!"

Clara balas menatap tajam Satria. "Aku bilang atau enggak, tetap aja hidupku udah hancur! Cita-citaku, impianku semua udah musnah! Nggak ada gunanya lagi!"

Clara beranjak bangkit, bersiap pergi. Satria dengan cepat mengikuti. Tak ingin kehilangan jejak lagi.

Saat Clara mulai melangkah. Satria dengan cepat mengejar. Dia menangkap pergelangan tangan perempuan itu. Setelah susah payah dia menanti. Tetap teguh mencintai. Sekarang Clara ingin kembali pergi. Padahal masih ada banyak hal yang harus mereka bicarakan lagi.

Clara menghela nafas menatap pergelangan tangannya yang ditarik Satria. Perlahan-lahan melepaskan tangannya dari laki-laki itu. Namun Satria yang tak juga mengendorkan cengkeramannya membuat Clara mendesis sebal.

"Lepas!" serunya.

"Enggak!" Satria menatap tajam. "Aku nggak bakal lepasin kamu!"

Clara menggeram. "Tapi aku mau pulang, Satria! Lepas!"

Satria kekeuh tak melepaskan. "Aku nggak akan biarin kamu pergi! Pembicaraan kita belum selesai!"

"Udah selesai," Clara bergumam lirih memejamkan matanya. "Bagi aku semua udah selesai!"

Bersamaan dengan itu Clara menyentak tangannya. Hingga Satria melepaskan pergelangan tangan perempuan itu. Dia menatap Clara dengan sorot mendalam. Cinta, rindu, sesal hingga perasaan bersalah semua tergambar jelas dalam raut wajah Satria. Perasaan-perasaan itu membuat kedua tangannya terkepal kuat.

"Buat aku, kita udah selesai!" Clara berucap dingin. "Dan soal Rara—" menghembuskan nafas panjang Clara menatap Satria. "Kamu bisa temuin dia, terus bilang kalau kamu adalah papanya. Udah, aku cuma mau ngomongin itu aja."

Setelahnya Clara berbalik pergi. Meninggalkan Satria mematung disana. Laki-laki itu menatap punggung Clara dengan gunungan sesal yang menggaung di dada. Clara pergi, bahkan sebelum dia menghaturkan kata maaf.

***

Satria tersentak saat mini cooper milik Clara merangkak pergi. Tidak! Dia tidak boleh kehilangan perempuan itu lagi. Bahkan setelah beberapa tahun dia menunggu! Satria tak akan melepaskannya kali ini. Karena Clara adalah perempuan yang dia cintai.

Satria berlarian menuju mobilnya. Lalu masuk dengan cepat dan memasang seatbelt. Setelahnya dia buru-buru menghidupkan mobil. Satria tak akan membiarkan Clara pergi. Itu tekadnya! Maka dia segera mencari-cari kemana mini cooper itu melaju. Mengintai seluruh sudut jalan, bola matanya terus memindai roda besi yang berlomba-lomba menguasai jalanan.

Mata Satria membulat saat menemukan mini cooper milik Clara melaju dua mobil di depannya. Segera saja Satria membunyikan klakson dan menekan gas kuat-kuat hingga akhirnya crv miliknya bisa menyalip dua mobil di depan.

Mata Clara memicing saat sebuah mobil berwarna abu-abu terus mengintai laju mobilnya. Menatap jalanan dan spion bergantian. Dia akan coba mengecoh mobil itu.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang