.
.
.
Erlando Langit. Laki-laki itu begitu tampan, mapan dan mempesona. Tentu saja akan sangat mudah baginya untuk menjerat perempuan manapun yang laki-laki itu suka. Apalagi dengan gelar Dokter yang disandangnya. Tentulah laki-laki itu pantas bersanding dengan perempuan lain yang lebih hebat dibanding Clara. Bukannya dia malah mendekati Clara yang seorang manusia gagal.
Sepanjang malam ini Clara tak berminat melakukan apapun. Jadilah yang dia lakukan hanyalah berguling di atas ranjang. Memikirkan pembicaraan Dena di mobil tadi. Pertunangan. Clara belum bisa berkomentar masalah itu karena pikirannya masih mencerna. Haruskah dia bertunangan dengan Lando? Sementara bayang-bayang Satria terus memenuhi pikirannya. Membuat Clara ingin menghapus memori itu lekat-lekat.
Menatap ponselnya yang terus berkedip. Clara tidak sanggup membaca deretan pesan yang dikirimkan oleh Lando. Laki-laki itu sama antusiasnya dengan sang mama yang menbahas soal pertunangan. Berbeda dengan Clara yang jelas-jelas enggan. Rasanya dia ingin menghindar sejauh mungkin.
Tunangan. Setelah tunangan lalu apa? Apakah Lando juga akan melamar dan mengajak menikah. Ah, tentu saja, bukankah laki-laki itu sering memberikan kode yang selalu Clara abaikan. Lalu apakah dia bisa mengabaikan Lando selamanya?
Clara tak mau terus-menerus menyakiti Lando. Karena kebohongan yang dia cipta tak akan bertahan lama. Perlahan waktu yang akan membongkar semuanya. Menyibak ilusi tempatnya berlindung. Dan sebelum waktu bertindak. Clara ingin menghancurkan ilusinya terlebih dahulu.
"Kamu bener-bener jahat, Sat! Kamu udah buat aku kayak gini. Selamanya aku nggak akan maafin kamu!"
Bergumam pada diri sendiri. Clara tak akan pernah lupa bahwa di masa lalu dia benar-benar mencintai seseorang. Satria, laki-laki itu pernah membawanya pada satu fase bahagia. Dimana mereka masih bisa tertawa dan bercanda. Sebelum sebuah kegelapan melenyapkan sisa bahagia yang ada.
Tak mau terlalu larut, Clara memejamkan matanya rapat-rapat. Dengan susah payah dia lenyapkan sosok Satria dalam pikirannya. Karena baginya kini, laki-laki itu adalah hal yang patut dibencinya.
Bahkan kehadiran Lando selama ini tak benar-benar mampu menggeser posisi Satria. Bayang-bayang laki-laki itu selalu muncul saat Clara bersama Lando membuatnya terus-menerus menyakiti laki-laki itu dalam diam. Membuat kata gila terasa cocok dengan keadaannya.
Suara keritan pintu membuat perhatian Clara teralih. Dia menoleh perlahan, mendapati tubuh mungil Andhara menyembul membuat perasaannya semakin tak karuan.
"Mama, ayo makan malam, Ma."
Andhara berucap lirih lalu menunduk menatap lantai yang dingin. Kedua tangan kecilnya saling meremas seakan manahan gugup yang menyiksa. Kepalanya semakin tertunduk saat suara kecilnya mengundang atensi Clara sepenuhnya.
Clara bangkit malas dari posisi berbaringnya. Kedua matanya menatap dingin Andhara seperti biasa. Membuat gadis kecil itu semakin segan menatap mamanya.
"Ngapain kamu ke sini?" Clara bertanya singkat. Karena setahunya Andhara tadi sibuk belajar alphabet besama Aldan di ruang tengah.
Andhara tetap berdiri di tempatnya. Rautnya tampak gugup saat menjawab pertanyaan Clara. Dia mengangkat kepalanya perlahan membuat senyum polosnya tersungging. Dia menatap Clara bahagia.
"Mama, Oma udah masak enak, Ma. Ayo makan malam, Ma!" ajaknya dengan riang.
Clara tak menggubris. Baru saat Andhara mulai mendekatinya dia buru-buru bangkit. Dia tatap Andhara dari jarak yang teramat dekat. Kembali menyuguhkan raut dingin pada gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got It
RomanceSatria Evandra Arbani, laki-laki itu hanya menginginkan bertemu kembali dengan Clara Regina Anandhina, perempuan yang dipacarinya enam tahun silam. Saat mereka masih merasakan indahnya, cinta di masa putih abu-abu. Sebuah peristiwa terjadi, mengaki...